Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk dapat berkontribusi dalam visi Pemerintah untuk mengurangi emisi karbon atau dekarbonisasi.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, Perseroan telah menurunkan lebih dari 31 persen emisi karbon dari baseline 2010.
Menurutnya, hal ini juga menjadi bagian bentuk implementasi penerapan lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik.
Baca juga: Dekarbonisasi Layanan Bandara, AP II Siapkan PLTS di 20 Bandara
"Pemerintah sekarang telah menetapkan target penurunan karbon emisi di 2030 sebesar 30 persen. Kita boleh berbangga, karena Pertamina telah menurunkan lebih 31 persen," papar Fadjar dalam acara Soft launching KG Media Lestari di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (28/7/2023).
Ia kembali menjelaskan, penurunan jumlah emisi karbon di lingkup operasionalnya karena Pertamina mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Teknologi CCS/CCUS merupakan tren baru dalam menghadapi transisi energi demi mencapai target Net Zero Emission (NZE) global.
Implementasi CCS/CCUS diyakini akan dapat mendukung peningkatan produksi migas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Selain itu, Pertamina juga tengah berupaya untuk memperbaharui kilang-kilangnya.
"Menekan emisi karbon dari apa saja? Jadi semua unit produksi kami telah menjalankan program dekarbonisasi emisi yang dihasilkan. Beberapa lapangan emisinya ditangkap dan di-inject lagi menjadi energi," papar Fadjar.
"Kemudian kilang kita lagi gencar arahan Presiden untuk di-up grade, karena kilang kita lama, dan peralatannya membutuhkan energi yang besar dan belum efisien. Nah sekarang kita gencar kilang kita reform lebih modern dan energi yang dibutuhkan lebih sedikit," lanjutnya.
Sementara di sektor hilir, Pertamina berupaya memproduksi jenis bahan bakar minyak (BBM) yang jauh lebih ramah lingkungan.
Beberapa diantaranya yakni hasil dari pencampuran antara bahan bakar fosil dengan minyak nabati ataupun jenis tumbuhan lainnya.
Terbaru, produk baru milik Pertamina yakni bahan bakar minyak campuran antara Pertamax dan bioetanol, yakni Pertamax dengan kadar oktan sebesar 95, atau Pertamax Green 95.
"Kita juga berinovasi biodiesel, biosolar, B35, dan kemarin ada Pertamax 95, itu inovasi kita bagaimana bisa mencampur BBM fosil dengan biofuel. Sawit kita olah kita campur, dan ini dapat meneekan impor solar," pungkasnya.