"Untuk itu kami perlu lihat langsung dan memastikan program ini berjalan tepat sasaran,” ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya senantiasa memantau secara terus menerus situasi sekarang ini. Perum Bulog juga akan menyediakan beras SPHP tak hanya dalam bentuk kemasan 5 kilogram, tapi juga 1 kilogram.
Buwas mengatakan, hal itu sebagai upaya pihaknya menyediakan alternatif bagi masyarakat yang tak bisa membeli beras SPHP kemasan 5 kilogram.
"Bulog juga akan membuat packaging yang 1 kilogram. Jadi masyarakat yang nanti tidak bisa membeli 5 kilogram, akan diberikan yang nanti 1 kilogram," kata Buwas.
Ia mengatakan, akan secepatnya melakukan pendistribusian dari beras SPHP kemasan 1 kilogram.
"Pokoknya kita akan secepatnya dan akan sesuaikan. Kita kan sudah ada produksinya 1 kilogram, tinggal nanti kita edarkan kebutuhan masyarakat seperti apa yang sekarang ada," ungkapnya.
Saat ini, Bulog tengah mengkonsentrasikan pendistribusian beras SPHP dengan kemasan 5 kilogram. Nantinya, untuk yang 1 kilogram, akan disuplai ke warung-warung.
"Yang kita konsentrasikan adalah 5 kilogram ini. Masyarakat ini kan membutuhkannya
yang 5 kilogram untuk satu minggu minimal ya. Kita penuhi dulu," ujar Buwas.
"Nanti kalau di warung-warung yang butuh 1 kilogram. Dulu kan saya pernah buat juga
sama yang 250 gram, tapi ternyata masyarakat tidak membutuhkan itu. Nah sekarang
mungkin butuh itu bisa kita adakan lagi," lanjutnya.
Untuk harga kemasan 1 kilogram ini, ia mengatakan akan dibanderol Rp9.450 sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET). Buwas juga mengungkap alasan Bulog tak lagi mendistribusikan beras dalam bentuk curah atau 50 kilogram.
Ia berujar, dari pengalaman yang terdahulu, jika didistribusikan secara curah, akan berdampak pada harganya di lapangan. Adapun saat ini yang didistribusikan oleh Bulog adalah beras premium dengan nama beras SPHP. Harganya Rp47 ribu per 5 kilogram.
"Kita tidak lagi mendistribusikan dengan bentuk curah atau 50 kg karena pengalaman yang sudah-sudah, kalau kita mendistribusikan dengan 50 kg atau bentuk curah, pasti jadinya harganya mahal di lapangan. Apa lagi beras Bulog sekarang itu premium," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menilai kenaikan harga beras di dalam negeri dipicu oleh produksi beras yang turun.
Menurut dia, ini hal lazim setiap musim panen beras di semester dua.