Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM - Group otomotif Stellantis tengah berupaya mengurangi bobot baterai mobil listrik hingga 50 persen, sebab merasa berat baterai EV saat ini terlalu besar.
Guna merealisasikan keinginan itu, mereka berinvestasi di Lyten yang berbasis di Silicon Valley, California, Amerika.
Perusahaan ini sedang mengembangkan baterai lithium-sulpher yang lebih ringan dan tidak hanya mengurangi bobot tetapi juga menggunakan lebih sedikit bahan eksotik dibandingkan baterai lithium-ion tradisional.
Baca juga: Baterai Kendaraan Listrik Menyebabkan Kebakaran di Bandara Sydney, Lima Mobil Hancur
Stellantis juga menjajaki potensi baterai sodium-ion yang sudah dikembangkan oleh CATL dan lainnya, dimana harganya bisa jauh lebih murah dibandingkan baterai tradisional.
Kepala Teknik dan Teknologi Stellantis Ned Curic, menyatakan baterai yang ada saat ini digunakan mobil listrik terlalu berat.
"Baterai saat ini terlalu berat, kendaraannya terlalu berat. Kita tidak boleh mundur," tutur Curic dikutip dari Carscoops.
Stellantis telah menghabiskan 40 juta Euro untuk pengembangan pusat teknologi baterai barunya. Mereka juga dapat menguji hingga 47 paket baterai secara paralel melalui 32 ruang uji iklim yang tersedia di Mirafiori battery technology center di Turin, Itali.
Fasilitas ini pada akhirnya akan berfungsi sebagai titik pengembangan dan pengujian sel dan perangkat lunak yang akan digunakan oleh kendaraan listrik seperti Alfa Romeo, Citroen, Fiat, Peugeot dan Opel/Vauxhall.
Raksasa otomotif ini juga bermitra dengan Pusat Penelitian Ilmiah Nasional di Prancis, serta Saft, perusahaan solusi baterai TotalEnergies untuk membuat paket baterai yang mengintegrasikan fungsi inverter dan pengisi daya ke dalam modul.