Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur berupaya membawa produk-produk furnitur RI menembus pasar ekspor ke China karena pasar tujuan ekspor furnitur Indonesia, yakni Amerika Serikat dan Eropa sedang mengalami gejolak.
Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan industri furnitur sebesar 5 miliar dolar AS di 2024.
"Kita coba kolaborasi dengan mereka (China). Dengan situasi global sekarang, Eropa perang, AS inflasi, kita harus masuk ke China, India, Timur Tengah," kata Abdul ketika ditemui di Hotel Mercure, Jakarta, Jumat (22/9/2023).
"China itu pasar terbesar dunia. Jujur ya, pasar Amerika sama Eropa digabung, masih lebih besar China karena dengan jumlah penduduk sekitar 1 koma miliar," sambungnya.
Maka dari itu, ketika masuk ke pasar China, yang disasar bukan lagi hanya pembeli internasional, tapi pasar domestik.
Per 2022, kinerja ekspor mebel dan kerajinan RI mencapai 3,6 miliar dolar AS. Detailnya, 2,5 miliar dolar AS dari mebel, 1 miliar dolar AS dari kerajinan.
Mayoritas dari ekspor pada 2022 dikirim ke AS, sebesar 52 persen, kemudian 25 persen ke Eropa. Sisanya ke Asia yang memiliki bagian kecil, khususnya ASEAN yang hanya 3 persen.
Abdul membeberkan strategi pihaknya mengekspor produk ke China. Dia bilang, pengusaha harus mengirim barang yang mereka tidak punya.
Apabila nantinya ditemukan sesuatu yang sama, pengusaha furnitur RI harus bisa mencontohnya dan memberikan sentuhan nilai tambah yang berbeda.
Baca juga: Sukses Garap Pasar AS, Sohnne Jajaki Ekspor Furnitur ke Negara Lain
"Misal rotan, mereka tidak punya. Jati mereka tidak punya. Mahoni meraka tidak punya, kita punya," lanjut Abdul.
Salah satu upaya menembus pasar Negeri Tirai Bambu adalah dengan mengikuti pameran China International Furniture Fair (CIFF).
Baca juga: Industri Furnitur Indonesia Diminta Perluas Pasar Ekspor
Ia mengatakan, CIFF merupakan pameran besar dengan jumlah pengunjung yang datang mencapai 380 ribu orang.