Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras di tingkat konsumen secara bulanan (month to month/mtm) mengalami peningkatan 5,61 persen pada September 2023.
Diketahui, rata-rata harga beras di tingkat eceran pada Agustus 2023 senilai Rp13.058 per kilogram, sedangkan pada September 2023 naik menjadi Rp13.799 per kilogram.
Inflasi beras secara bulan ke bulan merupakan tertinggi sejak Februari 2018.
Bahkan, jika dilihat secara tahun ke tahun alias year on year (yoy) inflasi harga beras meroket sangat tinggi yakni 18,44 persen.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, harga beras kemungkinan besar akan sulit menyusut.
"Harga beras diproyeksi masih sulit turun hingga musim panen raya Maret-Juni 2024 mendatang," ucap Bhima kepada Tribunnews, Selasa (3/10/2023).
Bhima mengungkapkan, setidaknya ada 5 faktor yang mempengaruhi pergerakan harga beras. Pertama, El-Nino mulai berdampak pada kekeringan lahan di daerah sentra produksi beras.
Kedua, negara mitra dagang impor beras sedang melakukan pembatasan ekspor, memicu harga beras dipasar internasional naik. Kalaupun ada impor, harganya sudah pasti mahal dan akan diteruskan ke konsumen.
Baca juga: Ombudsman Ungkap Biang Kerok Kenaikan Harga Beras, Apa Saja?
Ketiga, produksi beras trennya terus turun akibat kebijakan pangan yang bermasalah dan kurang antisipatif.
Keempat, alokasi anggaran subsidi pupuk dalam beberapa tahun terakhir terus dipangkas. Bahkan di 2024, anggaran subsidi pupuk hanya Rp26 triliun.
"Alasan kelima, petani dalam kondisi saat ini cenderung menyimpan gabahnya dibanding menjual sebagai antisipasi harga beras yang terus meningkat. Akibatnya ada gangguan pasokan di hulu," papar Bhima.
Baca juga: Faktor-faktor Pemicu Meroketnya Harga Beras Eceran Saat Ini Menurut BPS
Bhima mendorong Pemerintah untuk mengambil sikap untuk menurunkan harga beras di Tanah Air.
Menurut Bhima, Pemerintah bisa turunkan harga beras dengan mengeluarkan seluruh stok yang ada di gudang Bulog. Meski terbatas, seluruh pasokan harus masuk ke pasar, bekerjasama dengan pedagang ritel.
Baca juga: BI Masih Pede Inflasi September 2023 di Kisaran 3 Persen Meski Harga Beras Kini Meroket
"Upaya lainnya, di berbagai daerah yang defisit neraca beras, harus segera dorong peralihan ke subsitusi pangan seperti jagung, singkong, ubi, sorgum dan sagu," papar Bhima.
"Ini semua perlu support anggaran, alokasi sektor pertanian dalam APBN 2024 perlu direvisi lagi, setidaknya naik 35 persen," pungkasnya.