TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (1/11/2023) ditutup melemah 1,63 persen ke posisi 6.642,41.
Meski demikian, hari ini IHSG berpotensi untuk membalik keadaan.
Hal ini karena adanya sentimen positif.
Baca juga: OJK: IHSG Melemah karena Rp 6,37 Triliun Modal Asing Keluar dari RI
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menjelaskan keputusan The Fed untuk menahan suku bunga acuan akan menjadi sentimen positif.
Ini tercermin dari penguatan mayoritas indeks di Wall Stress dan indeks Eropa. Selain itu, penguatan juga ditopang oleh penurunan inflasi di Eropa ke 2,9% secara tahunan di Oktober 2023.
"Kondisi ini membangun keyakinan bahwa European Central Bank (ECB) akan cenderung mengikuti langkah The Fed dengan menahan suku bunga acuan di 2023," jelas Valdy, Kamis (2/11).
Valdy memproyeksikan penguatan mayoritas indeks global itu dapat memicu teknikal rebound IHSG dengan menguji pivot di level 6.660 pada hari ini (2/11/2023).
Dari dalam negeri, sebesar 45% dari 104 emiten yang sudah merilis laporan keuangan sepanjang sembilan bulan pertama di 2023 mencatatkan pertumbuhan laba bersih.
Sementara 55% lainnya mengalami penurunan laba bersih. Namun angka tersebut baru mewakili sekitar 11% dari seluruh jumlah perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca juga: IHSG Diprediksi Melemah Menjelang Penetapan Suku Bunga The Fed
"Sehingga jumlah tersebut belum dapat menggambarkan kondisi kinerja para emiten sepanjang periode Januari hingga September 2023 secara umum," kata Valdy.
Untuk perdagangan Kamis (2/11), investor dapat mencermati saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). (Kontan/Yuliana Hema)