Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pameran Mesin dan Elektronik China Brand Show Indonesia atau Indonesia Industrial Machinery and Electronic Product Exhibition (IIME) 2023 resmi dibuka hari ini, Kamis (2/11/2023).
Acara yang diselenggarakan oleh China Chamber of Commerce for Import and Export of Machinery and Electronic Products (CCCME) ini bertempat di Hall B1 dan B2 Jakarta International Expo Center.
Pameran ini diharapkan mampu meningkatkan kerja sama yang erat antara China dan Indonesia, serta erus mempromosikan pembangunan bersama yang berkualitas tinggi antara kedua negara.
Baca juga: Jaga Industri Dalam Negeri di Tengah Ajakan Boikot, Kemenperin Lakukan Pengetatan Arus Barang Impor
Pameran ini mendapat dukungan kuat dari departemen sponsor bisnis Kota Chongqing, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia, Asosiasi Produsen Logam dan Mekanik Indonesia, dan Federasi Industri Kelistrikan, Persatuan Percetakan Indonesia dan negara-negara lain di luar negeri.
Pameran yang sejalan dengan pasar Indonesia meliputi energi listrik dan peralatan listrik, mesin umum, permesinan dan suku cadang, aksesoris mobil dan sepeda motor, peralatan pulping, mesin kertas, bahan kimia kertas dan bidang industri lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI) Achmad Riandhie mengungkapkan, produk atau peralatan pendukung instalasi kelistrikan dari China memang cukup mendominasi pasar Indonesia.
Produk peralatan listrik yang dimaksud seperti stop kontak, saklar listrik, steker listrik, hingga Miniature Circuit Breaker atau MCB.
Riandhie melanjutkan, untuk rata-rata kebutuhan perangkat MCB di dalam negeri mencapai 60 juta pieces (pcs) per tahun. Namun, total volume impor di tahun 2023 nyaris mencapai 50 juta pcs.
"Dari APPI mencatat yang impor masih banyak seperti produk MCB, saklar, stop kontak," ucap Riandhie di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (2/11/2023).
"Untuk MCB kebutuhan kita itu di dalam negeri mencapai 60 pcs per tahun, sedangkan data tahun 2023 impor MCB itu hampir 50 juta pcs. itu angka impor, dan didominasi China," sambungnya.
Riandhie membeberkan kendala Indonesia yang tak mampu memenuhi kebutuhan alat pendukung instalasi listrik dari produksi dalam negeri.
Pertama, jumlah produsen alat instalasi listrik masih dapat dihitung dengan hitungan jari. Beberapa produsen yang terkenal mulai dari Schneider Electric Global, hingga Broco.
Kedua, kapasitas produksi pabrik di Indonesia tergolong masih relatif kecil.
Ketiga, bahan baku pembuatan alat pendukung instalasi dan transmisi listrik di Indonesia masih belum memadai.
Riandhie mengatakan, faktor-faktor tersebut yang membuat Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri sepenuhnya.
Untuk itu, APPI mendorong Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian untuk berupaya meningkatkan ketersediaan bahan baku dan menambah kapasitas pabrik alat pendukung instalasi dan transmisi listrik.
"Jadi memang kebutuhan dalam negeri belum bisa dipenuhi 100 persen lokal," papar Riandhie.
"Kendalanya apa? fasilitas produksi. Pabrik MCB masih sekarang ini baru 4 pabrik yang ada di Indonesia. Seperti Schneider, Broco," pungkasnya.