News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PMI Manufaktur Indonesia Melambat di 2 Bulan Terakhir

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI merilis Indeks Purchasing Managers (PMI) Indonesia di bulan Oktober berada pada level 51,5.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, kinerja manufaktur Indonesia menunjukkan perlambatan dalam dua bulan terakhir seiring dengan melambatnya pertumbuhan global.

"Meskipun sedikit melambat, sentimen dalam sektor manufaktur Indonesia secara keseluruhan masih positif," kata Febrio dalam keterangannya, dikutip Kamis (2/11/2023).

"Capaian ini akan terus kami jaga melalui berbagai dukungan kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengantisipasi risiko global," imbuhnya.

Febrio bilang, merosotnya PMI manufaktur tersebut imbas dari perlambatan ekonomi global. Hal itu jga terlihat dari kinerja manufaktur beberapa negara yang berada di zona kontraksi, seperti Tiongkok (49,5), Thailand (47,5), Vietnam (49,6), Malaysia (46,8), Australia (48,2), dan zona Eropa (43).

Sementara, India sebagai salah satu perekonomian pada kelompok emerging economies (EMs) dan pasar potensial ekspor Indonesia masih di zona ekspansif (55,5).

Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Ekonomi Indonesia dan India Kuat, PMI Manufaktur di Atas 50 Persen

Di sisi lain, Febrio mengatakan bahwa PMI manufaktur telah mengalami ekspansif selama 26 bulan berturut-turut.

Kata dia, ekspansi manufaktur Indonesia terutama ditopang oleh tingkat permintaan dan output produksi yang masih meningkat.

Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif di Tahun Macan Air

"Kinerja manufaktur Indonesia yang masih ekspansif menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia di tengah terkontraksinya manufaktur di banyak negara seiring dengan peningkatan risiko global," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini