TRIBUNNEWS.COM, CIJAMBE - Siapa yang menyangka dari daun nanas bisa mendatangkan cuan. Bahkan, limbah daun nanas bisa diolah menjadi produk serat kain mampu menembus pasar ekspor.
Alan Sahroni, warga Desa Cikadu Kecamatan Cijambe, yang pertama kali mencoba mengambil ceruk pasar produk olahan dari daun nanas melalui program Pemanfaatan Serat Olahan Daun Nanas Subang (PESONA Subang). PESONA Subang adalah mitra binaan CSR PT Pertamina EP (PEP) Subang Field.
Alan adalah founder Pinneapple Leaf Fiber (Pinlefi) yang merintis usaha olahan daun nanas menjadi serat bernilai ekonomi sebagai bahan kain atau tekstil, Pinlefi dan dibentuk oleh PEP Subang Field bersama masyarakat Desa Cikadu dalam merintis usaha olahan daun nanas menjadi serat yang bernilai ekonomi sebagai bahan kain atau tekstil.
Baca juga: Sambangi Kampung Madu Banjaranyar, Co Chair W20 Diminta Bantu Akses Ekspor Madu
Alan bercerita, awal mula dirinya terjun ke bisnis tersebut.
"Awalnya saya mengikuti salah satu lomba business plan di tingkat nasional pada 2013 yang digelar Kementerian Perindustrian. Salah satu business plan saya yaitu mengolah sampah daun nanas. Sebab, selama ini banyak yang mengolah buahnya saja, daunnya belum termanfaatkan, makanya saya mencoba untuk mengangkat business plan tentang pemanfaatan limbahnya yang terbuang, salah satunya daun nanas," katanya, Jumat (3/11/2023).
Baca juga: UMKM Asal Sulawesi Tenggara Didorong Garap Pasar Ekspor Gula Aren
Business plan Alan diapresiasi dan menjadi salah satu pemenang. Uang dari hadiah lomba tersebut dijadikan modal awal untuk membeli bahan baku dan peralatan seperti dekortikator yang dimodifikasi sendiri dari mesin ekstraksi.
Modal Awal dan Tantangan Pemasaran
Alan mengatakan, modal awal yang digunakan untuk operasional sekitar Rp 7 juta. Uang senilai Rp 5 juta digunakan untuk menyewa bangunan kecil, sedangkan Rp 2 jutanya digunakan untuk membeli 2 ton daun nanas dari petani.
"Modal pertama saya di bahan baku untuk beli daun nanas, walaupun saya awalnya tidak beli. Saya cari dari petani yang panen, dan saya minta. Sedangkan mesin ditanggung kementerian karena saya sebagai pemenang. Perakitan mesin itu sampai jadi," ujarnya.
Setelah operasional berjalan, tantangan berikutnya kata Alan adalah soal pemasaran.
Menurut Alan, tantangan selanjutnya adalah memasarkannya, karena belum banyak yang tahu dengan serat daun nanas. Alan tak patah arang, Alan akhirnya membuat blog yang sekarang jadi serat alfiber.com untuk media mempromosikan, untuk menginformasikan tentang kegiatan usahanya. Saat ini Web tersebut dikunjungi ratusan ribu orang.
"Setelah itu baru Pertamina EP Subang Field datang untuk menjadi mitra kami. Saya tadinya tidak tahu CSR seperti apa. Pertamina EP menawarkan dukungan mulai 2020," ungkapnya.
Baca juga: Mendag Lepas Ekspor Pinang Belah Produksi Jamaah Tani Muhammadiyah ke Jeddah
Ekspor
Setelah jalan beberapa tahun, akhirnya Alan menerima direct message dari perusahaan asal Singapura lewat instagram dan menawarkan ekspor dari produk serat hasil olahan daun nanas yang diproduksi di Cijambe. Perusahaan asal Singapura tersebut bernama Alfiber.
Alan gembira tak kepalang. Dikirimnya sample produk serat kain dari olahan daun nanas yang Grade B. Tapi ternyata tidak ada respons dari Singapura. Alan kirim lagi 1 kilogram produknya yang Grade A. Lalu, tak lama menunggu, produknya direview dan bersaing dengan produk serat dari Thailand dan Vietnam.
Alan menjelaskan, keunggulan serat dari Subang yaitu dari panjangnya. Produk serat dari Thailand dan Vietnam hanya 60 cm, sedangkan serat dari Subang sampai 90 cm.
Setelah itu datang utusan dari Singapura untuk cek kebun, cek bahan baku, cek produksi, cek kualitas. Akhirnya Mei masuk orderan pertama 65 kg.
"Karena kita ngejar kuantitas, akhirnya kualitas kedodoran, akhirnya tidak bisa diterima. Serat tidak masuk kualifikasi permintaan mereka. Dari 65 kg itu hanya 20 persen, kita negosiasi mereka minta 2 minggu untuk memperbaiki serat. Kita rangkul ibu-ibu proses penyisiran. Setelah dicek kadar air, kadar warna sudah masuk. Nambah pesanan 200 kg. Akhirnya lanjut 300 kg, terus 530 kg," jelasnya.
Namun, kata Alan, ekspor yang dilakukan Mei 2021 harus terhenti di April 2022 karena ada ketidaksepahaman dengan pihak ketiga. "Mereka mau BEP (break event point) secepatnya, sedangkan untuk mengubah sistem di lapangan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena tidak ketemu akhirnya kita stop untuk ekspor pada April 2022," ungkapnya.
Menurut Alan, tantangan ekspor yaitu soal kapasitas produksi. Permintaan ekspor dari perusahaan Singapura waktu itu 1 ton per bulan. Sedangkan, Alan hanya mampu memproduksi 300 kilogram dalam satu bulan.
Saat ini alan mulai gencar memasarkan produknya di marketplace melalui Shopee, Tokopedia, YouTube, Instagram.
Ke depan, Alan berencana menyambangi desa yang lain di Subang untuk mengajak petani mencoba ceruk pasar di serat dari daun nanas. "Ada 6 kecamatan di Subang. Semuanya belum tersentuh untuk pemanfaatan daun nanas."
Baca juga: UMKM Asal Sulawesi Tenggara Didorong Garap Pasar Ekspor Gula Aren
PT Pertamina EP (PEP) Subang Field, bagian dari Zona 7 Sub Holding Upstream Pertamina, menunjukkan komitmen untuk tumbuh dan berkontribusi terhadap masyarakat di sekitar area operasi dengan mengembangkan inovasi sosial Pemanfaatan Serat Olahan Daun Nanas (Pesona).
Dalam memberdayakan Masyarakat di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat tersebut, PEP Subang Field menggandeng Alan Sahroni, mitra lokal yang dinilai mampu mendorong pengembangan masyarakat di daerahnya.
Sejak 2020, PEP Subang Field memberikan bantuan alat dan sarana produksi, pendampingan, dan pengembangan sumber daya manusia melalui serangkaian pelatihan yang dibutuhkan, serta kegiatan-kegiatan pengembangan usaha lainnya seperti menjejaringkan dengan berbagai pihak dan market potential yang ada kepada Kelompok Pinlefi ini.
Senior Manager PEP Subang Field Ndirga Andri Sisworo, mengatakan sinergi dengan Kelompok Pinlefi dalam Program Pesona Subang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi dampak kerusakan lingkungan, dan mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.