TRIBUNNEWS.COM -- Harga beras tidak Kunjung turun hingga ke bawah harga eceran tertinggi (HET).
Berdasarkan harga panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) Jumat (16/11/2023), harga beras premium naik sebesar Rp 50 per kilogram (kg) menjadi Rp 15.040 per kg dibandingkan harga kemarin.
Kemudian, harga beras medium turun sebesar Rp 40 menjadi Rp 13.120 per kg.
Padahal, Bapanas telah menetapkan HET beras dibagi berdasarkan pembagian wilayah, yakni zonasi wilayah yakni zona 1 untuk Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi.
Baca juga: Operasi Pasar Dinilai Berhasil Tekan Harga, Beras Medium di PIBC Dibanderol Rp11 Ribu Per Kg
Kemudian, untuk zona 2 untuk Sumatera selain Lampung, Sumsel, NTT, dan Kalimantan. Sementara zona 3 untuk Maluku dan Papua.
Untuk HET beras medium zona 1 Rp 10.900, untuk zona 2 Rp 11.500, zona 3 Rp 11.800.
Kemudian untuk beras premium zona 1 Rp 13.900, zona 2 Rp 14.400, dan zona 3 Rp 14.800 per kilogram.
Bahkan di beberapa daerah kenaikan terjadi lebih tinggi.
Di Aceh misalnya, kenaikan harga beras mencapai Rp 200 per kilo. Dikutip dari KompasTV, kenaikan terjadi untuk seluruh jenis beras.
Sebab dari kenaikan tersebut karena daerah produsen beras telah selesai masa panen. Daerah tersebut adalah Sigli, Bireun dan Aceh Utara.
Selain itu stok gabah di pabrik penggilingan beras menurut Hendra juga menipis.
Walaupun harga beras ada kenaikan Rp 200 per kilo atau Rp 3.000 per sak 15 kilogram, stok beras di sejumlah grosir beras masih cukup.
Distributor pun tidak membatasi penjualan beras ke toko-toko beras, karena daya beli masyarakat juga menurun karena masih mahalnya harga beras.
Baca juga: Stok Beras di Pasar Induk Cipinang Sentuh 34 Ribu Ton, Bapanas Klaim Harga Beras Medium Melandai
Sebelumnya, harga beras medium dan premium produksi dari kabupaten Pidie turun lima ribu rupiah per sak ukuran 15 kilogram, karena panen raya di wilayah tersebut. Namun pada pekan ini harus beras kembali naik Rp 3.000 persak ukuran 15 kilogram.
Harga Berpotensi Naik
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga beras berpotensi naik, hal itu karena masa panen raya yang mundur.
Disebutkannya, dari estimasi panen raya Maret-April 2024, jadi sekitar Mei-Juni 2024.
Arief mengungkapkan, masa panen raya diprediksi mundur, lantaran mundurnya musim tanam 1 yang baru dimulai bulan November 2023 ini akibat musim kemarau.
"Ya mundur dua bulan. Berarti sekitar bulan Mei ya, April, Mei, Juni gitu ya. Mudah-mudahan hasilnya baik," ujar Arief.
"Dengan kemarin ada Agustus, September, Oktober kita belum turun hujan, turun hujannya baru akhir November, Desember, jadi panen agak mundur," lanjutnya.
Akibat mundurnya masa panen tersebut, jelasnya, harga akan terdongkrak.
Hal ini karena harga beras ditentukan suplai dan permintaan.
Bapanas mendesak masa panen Mei-Juni 2024 harus berhasil untuk memastikan ketersediaan stok beras dalam negeri. Sebab, 70 persen produksi beras RI sepanjang tahun berasal dari musim panen awal tahun.
"Jadi 70 persen untuk tanaman padi itu ada di Semester I, jadi Semester II itu sisa panen. Semester I ini harus berhasil, bibitnya, benihnya airnya," ungkap Arief.
Bisa Impor 5 Ton Beras
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, Indonesia berpeluang kembali mengimpor beras pada 2024 dengan jumlah mencapai 5 juta ton.
"Tahun ini Indonesia mengimpor 3,5 juta ton beras dan berpeluang mencapai 5 juta ton tahun 2024," katanya dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (13/11/2023).
Amran mengatakan, dulu Indonesia pernah berhasil melakukan swasembada beras. Namun, kondisinya saat ini terpaksa harus impor.
Importasi ini, kata dia, terpaksa dilakukan karena produksi beras dalam negeri mengalami penurunan akibat El Nino.
"Produksi beras nasional periode 2022-2023 mengalami penurunan akibat ancaman El Nino. Dari sebelumnya 31 juta ton, diperkirakan turun menjadi 30 juta ton pada tahun 2023," ujar Amran.
"Kondisi ini tentunya berbahaya bagi ketahanan pangan dan ketahanan negara kita," lanjutnya.
Sebagai informasi, 3,5 juta ton impor pada tahun ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, ada impor sebanyak 2 juta ton yang telah ditugaskan ke Bulog sejak awal tahun ini.
Kedua, ada penugasan impor lagi pada akhir tahun ini sebanyak 1,5 juta ton sebagai upaya melakukan stabilisasi harga beras di tengah El Nino.
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal menyatakan, sebanyak 1 juta ton beras impor akan masuk ke Indonesia pada akhir tahun 2023.
Beras yang diimpor ini termasuk dalam tambahan penugasan dari pemerintah sebanyak 1,5 juta ton guna memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP).
"(Beras) dalam perjalanan, targetnya akhir tahun," kata Iqbal saat dihubungi Tribunnews, Senin (13/11/2023).
Iqbal bilang, beras impor tersebut berdasarkan kontak yang dihasilkan Bulog bersama negara importir yaitu Vietnam, Thailand, Myanmar dan Pakistan.
"Yang jelas sudah kontrak dengan supplier. Terkontrak 1 juta ton," kata dia.
Sebelumnya Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan bahwa dari tambahan kuota impor sebanyak 1,5 juta ton dari pemerintah ini hanya bisa direalisasikan sebanyak 1 juta ton saja.
Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dalam proses importasi tersebut mulai dari proses penyiapan komoditasnya maupun kebutuhan kapal untuk angkutan dari negara pengirim
"Yang bisa kita realisasikan hanya yang terkontrak tahun ini saja. Kita sudah berhasil kontrak sebanyak 1 juta ton, sisanya yang 500 ribu ton tidak bisa carry over karena carry over hanya bisa untuk yang terkontrak tahun ini saja," ujar Budi Waseso.
"Dengan tambahan kuota impor ini stok Cadangan Beras Pemerintah yang dikuasai Bulog jumlahnya sangat aman sampai dengan tahun depan," sambungnya.