Sementara sebanyak 500.000 ton kuota impor beras tahun ini gagal dipenuhi Bulog.
Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras pada 2023 akan merosot menjadi 30,9 juta ton, dari produksi tahun sebelumnya mencapai 31,54 juta ton.
Hal ini diperberat dengan pemerintah India yang membatalkan ekspor beras untuk mengantisipasi permintaan dalam negeri.
Pemerintah 'Terlalu Pede'
Kritik terhadap pemerintah akibat sulitnya mengimpor beras saat ini.
Krisis pangan bukan terjadi di Indonesia saja, akan tetapi secara global.
Akibatnya Indonesia pun memiliki banyak pesaing dalam mengimpor beras.
Hal ini dinilai akan berdampak pada upaya pemerintah melakukan pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
"Pemenuhan CBP akan jauh lebih sulit. Tahun depan adalah masa yang sangat kritis, apalagi pemerintah kasih sinyal mau impor 5 juta ton beras," kata Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Tribunnews, Senin (20/11/2023).
Adapun sebelumnya diungkapkan Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita, saat ini Indonesia mengalami kesulitan ketika mengimpor beras.
Hal itu dikarenakan RI harus bersaing dengan Eropa yang juga ikut mengimpor beras karena tengah beralih dari gandum yang sekarang sedang mengalami pembatasan.
"Persaingan impor beras antar negara lain sebenarnya sudah bisa ditebak. Yang butuh beras bukan cuma Indonesia, konsumen di Eropa juga mengkonsumsi beras selain gandum untuk penuhi kebutuhan kalorinya," ujar Bhima.
Ia mengatakan, sejatinya sejak awal 2023, sudah ada tanda-tanda stok CBP menipis, terutama usai India membatasi ekspor beras non-basmati.
Namun, Bhima bilang saat itu pemerintah Indonesia masih overconfidence atau terlalu percaya diri (pede) dengan stok yang ada.
Padahal, faktanya untuk penuhi stok tahun berjalan dan tahun depan agak berat.