News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Cabai Melonjak

Harga Cabai Rawit Makin Menggila Tembus Rp120 Ribu per Kg, Pedagang Minta Menteri Tak Saling Ego

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang sedang merapikan cabai merah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Harga cabai tersebut kini telah menembus Rp120 ribu per Kg.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga sejumlah pangan mengalami kenaikan signifikan, satu di antaranya cabai rawit merah yang tembus di atas Rp100 ribu per kilogram (Kg).

Tercatat, kenaikan harga cabai rawit merah di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, sudah berlangsung berminggu-minggu hingga di tangan konsumen seharga Rp120 ribu per Kg.

Iis yang merupakan pedagang Pasar Jaya Gondangdia menyebut harga cabai rawit merah dibelinya sudah diharga Rp100 ribu dan dijual kembali ke masyarakat Rp120 ribu.

Sebelum adanya kenaikan yang berjalan secara konsisten, harga cabai rawit merah biasanya di bawah Rp50 ribu per Kg.

Baca juga: Bawang Merah Hari Ini Nyaris Rp29 Ribu Per Kg, Cabai Rawit Merah Tembus Rp81.950 Per Kg

"Saya jualnya kadang Rp110 ribu, kadang Rp120 ribu. Kenaikan harga ini sudah lama, saya tidak tahu kenapa ini tidak turun-turun," ujar Iis yang ditulis Jumat (24/11/2023).

Selain di Jakarta, harga cabai rawit merah juga naik di beberapa daerah.

Di Klaten dan Solo, Jawa Tengah, harga komoditas pangan tersebut di level Rp100 ribu.

Sedangkan untuk wilayah Palangkaraya, Kalimantan Tengah, harga cabai rawit merah di posisi Rp110 per Kg.

Mengutip data panel harga Badan Pangan Nasional pada Jumat (24/11/2023), harga cabai rawit merah naik 0,63 persen atau sebesar Rp510, menjadi Rp81.950 per kg.

Selain cabai, harga bawang merah juga naik 0,31 persen atau sebesar Rp90, menjadi Rp28.930 per kg.

Kemudian, daging ayam ras. Harganya naik 0,06 persen atau sebesar Rp20, menjadi Rp34.490.

Telur ayam ras mengalami kenaikan harga sebesar 0,18 persen atau Rp50, menjadi Rp28.240 per kg.

Beras medium masih juga mengalami kenaikan, meski tidak signifikan. Hari ini hargnya naik 0,08 persen atau sebesar Rp10, menjadi Rp13.160 per kg.

Harga beras premium justru mengalami penurunan sebesar 0,07 persen atau Rp10, menjadi Rp14.960 per kg.

Harga gula konsumsi naik 0,18 persen atau sebesar Rp30, menjadi Rp16.190 per kg.

Dampak El Nino

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan, adanya El Nino membuat produksi semua jenis cabai mengalami penurunan akibat El Nino dan belum memasuki panen raya.

Turunnya produksi cabai membuat harga komoditas tersebut mengalami kenaikan.

"Dalam kondisi seperti saat ini tentunya kami di Badan Pangan Nasional kembali mengingatkan para kepala daerah untuk saling membangun kerja sama antar daerah (KAD) sehingga cabai di wilayah sentra produksi dan harganya stabil dapat mendistribusikan cabai ke daerah defisit atau daerah dengan harga cabai yang tinggi,” ujar Arief beberapa waktu lalu.

Adanya penguatan kerja sama antar daerah ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta agar terbangun konektivitas yang membuat produksi pangan di daerah surplus terdistribusi ke daerah defisit secara merata untuk menjaga kestabilan harga.

Melonjak 100 Persen

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat kenaikan harga cabai rawit merah pada saat ini sudah 100 persen.

Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan, berdasarkan laporan dari anggotanya, dalam beberapa bulan terakhir harga pangan dalam tren kenaikan.

"Harga beras medium di atas HET (harga eceren tertinggi) masih di Rp13.000, kalau HET-nya Rp10.900. Kemudian berbagai jenis cabai mengalami kenaikan, bahkan kenaikan ini di atas 100 persen," paparnya.

"Cabai merah keriting sudah di angka Rp88.500, cabai besar TW Rp82 ribu, rawit merah cukup pedas di kisaran Rp110 per kilogram," sambung Reynaldi.

Baca juga: Semakin Menyengat, Cabai Rawit Merah Langka, Pedagang: Mungkin Harga Akan Naik Lagi

Menurutnya, kenaikan harga pangan pada bulan ini karena beberapa faktor, seperti sudah memasuki musim penghujan yang dikhawatirkan sentra-sentra cabai maupun bawang bisa gagal panen jika curah hujannya cukup tinggi.

Kondisi tersebut, kata Reynaldi, harus ada antisipasi dari pemerintah agar produksi pertanian bisa dioptimalkan dengan baik, sehingga pendistribusian ke pasar-pasar bisa lebih masif

Kemudian faktor distribusi yang menjadi penting, karena kalau pemerintah tidak bisa mengintervensi di jalur tengah atau middle man maka harga pangan mengalami kenaikan yang signifikan.

"Katakanlah kita produksi bawang merah di Brebes, bawang merah di Brebes itu dari petaninya keluarnya Rp15 ribu karena middle man yang bermain maka bisa di pasar Rp 30 ribuan. Jadi hal-hal seperti ini seharusnya pemerintah bisa mengoptimalkan atau mengorkestrasi dari hulu sampe ke hilir," ujarnya.

Para Menteri Jangan Ego

Reynaldi meminta pemerintah untuk bertindak cepat sebelum permintaan melonjak, mengingat akan memasuki Natal dan tahun baru.

"Kalau usulan kami, pemerintah menggalakan lagi sentra-sentra pertanian, produktivitas ditingkatkan," paparnya.

Selain itu, pemerintah perlu memberikan subsidi distribusi agar para petani, peternak, nelayan bisa mendistribusikan ke pasar-pasar dengan bantuan pemerintah.

"Ini akan menjadi murah efektif efisien dan harganya pun tentu bisa dikontrol oleh pemerintah," ucapnya.

Selanjutnya yang terpenting, kata Reynaldi, sinergi para menteri tekait dengan melepaskan egonya masing-masing demi stabilitas harga pangan.

"Ada Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, ada Badan Pusat Statistik (BPS), Bapanas. Ini harus sama-sama berkolaborasi dan meninggalkan seluruh ego sektoral, supaya pangan ini bisa dikontrol diawasi dan masyarakat yang belanja ke pasar, tentu bahan-bahan pokok yang murah," tutur Reynaldi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini