"Kita sudah merasakan perubahan iklim yang ada. Kita rasakan kemarin kita sesak hirup udara di Jakarta, batuk dan sebagainya," imbuh Arifin.
"Untuk itulah kita harus buat kebijakan-kebijakan baru yang memang bisa meng-attract masuknya energi baru," lanjutnya.
Berikutnya, ia mengatakan RI harus segera melakukan konversi dari combustion fuel ke elektrifikasi. Hal ini dinilai Arifin jadi tantangan.
Baca juga: Ada Potensi EBT 17 Ribu Gigawatt, Menteri ESDM Dorong Pembangunan Interkonektivitas Listrik ASEAN
"Kita harus kembangkan industri- pendukungnya karena tanpa kapasitas industri yang memadai, skala ekonomi sulit tercapai," ujar Arifin.
Maka dari itu, ia menegaskan Indonesia harus membangun infrastruktur energi.
"Kita harus bisa menyiapkan energi yang mudah terjangkau dan menarik investasi, sehingga investasi itu bisa masuk ke dalam negeri," kata Arifin.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen mengurangi emisi karbon, salah satunya dengan mengurangi penggunaan energi fosil dan meningkatkan energi baru terbarukan (EBT).
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030 (RUPTL), pemerintah menargetkan porsi EBT dalam bauran energi nasional bisa mencapai 23 persen pada 2025.