Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jalan Tol Bali Mandara yang merupakan akses menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah, Bali, beberapa hari belakangan menjadi sorotan publik.
Hal ini dikarenakan jalan tol tersebut sempat mengalami kemacetan 'horor', di mana banyak mobil terjebak macet dan tidak bisa bergerak.
Sejumlah orang bahkan memilih turun dari mobil dan jalan kaki untuk menuju tempat yang dituju. Padahal, kemacetan di Jalan Tol Bali Mandara tak pernah separah itu.
Baca juga: Tol Bali Mandara dan Jalur Bandara Ngurah Rai Macet Parah, Diprediksi Sampai 3 Januari 2024
Pengamat Transportasi sekaligus Dosen Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno mengatakan, kemacetan yang terjadi di Pulau Dewata menjadi bukti bahwa Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah tidak serius dalam pengembangan transportasi massal atau publik.
Padahal, Bali merupakan lokasi pariwisata berkelas internasional, yang sudah sepatutnya fasilitas transportasi publiknya memadai dan terintegrasi.
Setidaknya, transportasi massal yang dimaksud adalah bus.
"Secara umum pengelolaan atas macetnya Tol Mandara dari tingginya volume kendaraan, ini bukti tidak seriusnya Negara mengurus transportasi publik yang memadai dan terintegrasi," ucap Djoko kepada Tribunnews, Minggu (31/12/2023).
Ia melanjutkan, Kota Denpasar sebenarnya memiliki layanan Trans Metro Dewata.
Fasilitas angkutan publik tersebut adalah alternatif angkutan umum yang menjadi bagian dari program Teman Bus gagasan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Namun Djoko menilai, Pemda Bali kurang melakukan sosialisasi, sehingga tingkat keterisian kursi Trans Metro Dewata sangat minim.
Baca juga: Ani Kena Macet Horor Saat Mudik Liburan Natal ke Bumiayu: Perjalanan 12 Jam Baru Sampai Songgom
Dan masyarakat atau turis lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Alhasil, volume kendaraan meningkat, dan kemacetan tidak bisa dihindari.
"Padahal ada Trans Metro Dewata, tapi Bali juga nggak serius. Pemda kurang mendorong sosialisasi," papar Djoko.
"Sekarang malah mau bangun LRT. Dan ini jadinya kapan? Macet bisa terus berlangsung. Banyak nanti yang enggak mau ke Bali lagi gara-gara macet," ungkapnya.