News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nilai Tukar Rupiah

Sore Ini Laju Rupiah Berakhir Melemah ke Level Rp 15.481 per Dolar AS

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer, Jakarta Pusat.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (3/1/2024) sore, ditutup melemah 11 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 40 poin di level Rp 15.481 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.466.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.460 - Rp 15.540," ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu (3/1/2024).

Penguatan dolar AS terjadi sebelum risalah pertemuan The Fed bulan Desember, yang akan dirilis pada hari Rabu.

Baca juga: Dolar Terus Melemah, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat Rp 15.417/Dolar AS

Analis memperingatkan bahwa risalah tersebut mungkin tidak terlalu dovish seperti yang diharapkan pasar, sebuah skenario yang kemungkinan akan mengurangi sentimen risiko.

"Di sisi lain, penguatan dolar sebagian didorong oleh kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan geopolitik, setelah Israel membunuh wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri dalam serangan pesawat tak berawak di ibu kota Lebanon, Beirut, pada hari Selasa," kata Ibrahim.

Sementara dari dalam negeri, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global, pada bulan Desember berada di posisi 52,2 atau naik 0,5 poin dibanding bulan November yang menempati level 51,7. PMI Manufaktur Indonesia tetap berada dalam fase ekspansi selama 28 bulan berturut-turut.

"Capaian ini hanya Indonesia dan India yang mampu mempertahankan level di atas 50 poin selama lebih dari 25 bulan. Kinerja baik ini tentu harus di jaga dan tingkatkan. Kondisi sektor manufaktur di Indonesia terus membaik lantaran juga didukung dari beragam kebijakan strategis pemerintah yang telah berjalan secara on the right track," tuturnya.

Namun, ada kebijakan yang belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan sektor industri, antara lain penerapan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Masih banyak perusahaan industri yang belum menerima manfaat harga gas USD 6 per MMBTU.

Tak hanya itu, dalam pelaksanaannya masih banyak sektor industri yang memperoleh volume gas lebih rendah atau tidak sesuai dengan jumlah yang sudah menjadi kontrak antara industri dan pihak penyedia.

Sedangkan dalam laporannya, S&P Global menyatakan, ekspansi PMI Manufaktur Indonesia pada bulan terakhir 2023 karena adanya permintaan yang cukup tinggi, termasuk dari luar negeri. Ini mendorong pertumbuhan produksi lebih cepat dan penambahan jumlah tenaga kerja.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini