Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan realisasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai 13 persen dalam bauran total pasokan energi primer nasional.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengungkapkan, angka capaian per 31 Desember 2023 tersebut dinilai masih sangat rendah.
Padahal, Pemerintah mencanangkan target bauran EBT sebesar 17 persen pada 2023, dan 23 persen pada 2025.
Baca juga: Transisi Energi Dorong Peningkatan Daya Saing Produk Indonesia
Untuk itu, Menteri ESDM mendorong adanya upaya untuk dapat mendongkrak bauran EBT nasional.
"Mengenai bauran energi baru terbarukan di 2023, peningkatan ada tapi belum signifikan. Sehingga ini perlu upaya-upaya keras untuk dapat mendekati target capaian di tahun 2025," ungkap Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (15/1/2024).
"Di tahun 2025 itu kita targetkan 23 persen bauran, tapi kita sekarang masih di level 13,1 persen," sambungnya.
Terdapat setidaknya 8 upaya untuk mendongkrak bauran EBT nasional.
Pertama, melakukan pembangunan pembangkit EBT yang telah tercatat dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) di 2025.
Ditargetkan pada tahun tersebut harus terpasang 10,6 gigawatt.
"Apa langkahnya, tentunya kita harus menyiapkan langkah strategis yaitu terkait pelaksanaan pembangunan EBT yang sudah ternyata di dalam RUPTL. Jadi targetnya di 2025 harus terpasang 10,6 gigawatt lagi," papar Arifin.
Kedua, implementasi program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap, yang ditargetkan pada 2025 mencapai 3,6 gigawatt.
Baca juga: Harga Tinggi Energi Imbas Pemanfaatan EBT, Sumber Daya Gas Bumi Jadi Alternatif
Ketiga, konversi pembangkit diesel ke EBT. Keempat, program mandatori B35 yang ditargetkan proyeksi pada 2025 dapat mencapai 13,9 juta kiloliter.
Kelima, program Co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU, yang ditargetkan pada 2025 sebesar 10,2 juta ton
Kemudian yang keenam, harus mampu menyediakan akses energi modern melalui EBT di lokasi tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
"Ketujuh, eksplorasi panas bumi oleh pemerintah harus dijalankan. Kedelapan, pemanfaatan EBT Off grid dan pemanfaatan langsung," pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, kontributor atau sumber energi di Indonesia saat ini berasal dari batubara (40,46 persen), minyak bumi (30,18 persen), gas bumi (16,28 persen), dan EBT (13,09 persen).