Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Surat kabar asal Amerika Serikat, Los Angeles Times mengumumkan rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 20 persen pekerja atau sekitar 115 staf di divisi editorial.
Hal ini menjadi PHK terbesar yang ada dalam sejarah surat kabar AS.
“LA Times memberhentikan kami melalui webinar Zoom dengan obrolan dinonaktifkan, tidak ada tanya jawab, tidak ada kesempatan untuk bertanya,” tulis salah satu mantan editor berita via X.
Baca juga: Inul Daratista Beberkan Dampak Jika Bisnis Karaokenya Tutup, 5 Ribu Karyawannya Bisa Kena PHK
Melansir dari Washington Post, pemecatan ini digelar LA Times setelah bisnis perusahaan mengalami penurunan, alhasil untuk menekan pembengkakan kerugian di tengah gejolak pasar global LA Times terpaksa memangkas ratusan reporternya.
Pemilik Los Angeles Times Soon-Shiong mengatakan bahwa keputusan tersebut tidak dibuat dengan mudah.
Selama bertahun – tahun surat kabar tersebut diketahui telah menghadapi berbagai gejolak. Meski begitu LA Times menolak pandangan bahwa surat kabar tersebut berada dalam kekacauan.
“Keputusan hari ini menyakitkan bagi semua orang, namun penting bagi kita untuk bertindak segera dan mengambil langkah-langkah untuk membangun kertas yang berkelanjutan dan berkembang untuk generasi berikutnya. Kami berkomitmen untuk melakukannya,” kata Soon-Shiong.
Di antara mereka yang terdampak ada Kimbriell Kelly dan Nick Baumann, kepala dan wakil kepala biro DC surat kabar tersebut, yang seharusnya memimpin liputan pemilihan presiden 2024.
Kemudian ada Jeff Bercovici dan Lindsay Blakely, editor dan wakil editor bagian bisnis, serta beberapa reporter kondang lainnya seperti Craig Marks, editor musik, dan Jen Yamato.
Sementara itu pasca PHK digelar, Serikat Pekerja Amerika langsung mengecam keputusan LA Time. Para anggota serikat meminta LA Times untuk meninjau lagi aturan lantaran PHK ini akan memberikan dampak besar bagi industri surat kabar.
"TIME dan pemilik media korporat lainnya terus merongrong kualitas kerja editorial dengan memperlakukan tenaga kerja mereka sendiri sebagai tenaga kerja sekali pakai," ujar Susan DeCarava, Presiden NewsGuild New York.
Banyak pihak menilai PHK yang dilakukan LA Times kedepannya akan memicu kemunduran bagi perusahaan, lantaran semakin sedikit orang yang ingin membaca Los Angeles Times karena surat kabar tersebut tidak mencakup bidang yang mereka minati.