Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri Enterprise Resource Planning di Indonesia dan dunia belakangan dikejutkan oleh maraknya kabar tentang praktik suap oleh sebuah perusahaan ERP asal Jerman.
Mengutip informasi yang disebarluaskan Departemen Kehakiman Amerika Serikat atau Department of Justice Amerika Serikat (DOJ US), terdapat perusahaan ERP asal Jerman didenda sebesar USD 220 juta atau setara Rp 3,4 triliun (menggunakan asumsi kurs dolar per 23 Januari 2024).
Perusahaan tersebut dinyatakan terbukti melakukan praktik suap ke pejabat publik di Afrika Selatan dan Indonesia.
Pada dokumen penyelidikan, praktik suap yang dilakukan berupa pemenuhan kebutuhan pejabat di Afrika Selatan dan Indonesia dalam bentuk uang tunai, sumbangan politik, transfer elektronik hingga beragam barang mewah.
Maka, terdapat kemungkinan digitalisasi yang diimplementasikan belum tentu didasari oleh kemampuan sistem untuk mendukung perkembangan instansi atau bisnis.
Baca juga: Pengamat Sebut Kebijakan ERP harus Menyesuasikan Suasana Kebatinan Masyarakat
Pasar ERP sangat beragam, para pemimpin perusahaan direkomendasikan memilih sistem dari mitra yang dapat dipercaya agar para penggunanya bisa memastikan keberlangsungan bisnis.
Lusiana Lu, Business Development Director dari HashMicro membenarkan hal tersebut.
Dia mengatakan, memilih ERP adalah keputusan strategis yang harus diperhatikan banyak aspek di dalamnya.
“Risiko dari pemilihan mitra ERP yang tidak tepat sangatlah beragam dan dapat memberikan dampak negatif yang signifikan bagi bisnis. Untuk itu, perlu persiapan matang dari perusahaan dan penilaian mendalam terhadap mitra yang dituju,” ujar Lusiana dikutip dari keterangan pers, Sabtu, 27 Januari 2024.
Pihaknya merangkum ada tiga risiko utama yang terjadi ketika perusahaan memilih mitra yang tidak tepat:
Pertama, ERP yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis. Setiap perusahaan memiliki keunikan pada bisnisnya, dan memilih ERP yang tidak sesuai dapat menyebabkan ketidakcocokan terhadap operasi bisnis yang dijalankan.
Pemilihan mitra ERP yang tidak memahami sepenuhnya kebutuhan bisnis dapat menghasilkan solusi yang kurang efektif dan dapat menimbulkan kerugian finansial.
Kedua, kerugian finansial. Ada kemungkinan mitra ERP yang tidak tepat akan menyembunyikan biaya-biaya yang tidak terduga. Seperti contoh, pada saat pertemuan pertama, sistem tampak seperti solusi ERP yang terjangkau, tetapi setelah implementasi dapat menjadi sangat mahal ketika melakukan upgrade.