TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendampingan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dilakukan berbagai pihak agar bisa bersaing dan bisa menembus pasar ekspor.
Satu di antaranya usaha Arma Leather and Craft yang menjadi bagian Rumah BUMN (RB) Rembang yang dikelola PT Semen Gresik, anak usaha PT Semen Indonesia (SIG).
Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, SIG sebagai perusahaan BUMN untuk terus mendukung kinerja dan pertumbuhan UMKM melalui pendampingan dan pembinaan agar dapat bersaing di kancah nasional maupun global.
Baca juga: Kemeriahan Shopee Super Awards 2023, Beri Apresiasi Bagi 33 Brand, UMKM, hingga Creator
“UMKM memegang peranan penting dalam perekonomian karena mendukung pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan pemasalahan sosial seperti pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan," kata Vita ditulis Kamis (1/2/2024).
Ardiyansyah, pemilik usaha Arma Leather and Craft, menjelaskan, mulai merintis usaha kerajinan tangan dari kulit pada 2013 dengan bekal ilmu yang didapat saat kuliah Jurusan Bahan Kulit, Karet dan Plastik di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.
Bermodal Rp1,5 juta, kini Ardi sapaannya, bisa menjual hingga 250 lembar kulit ikan pari crusting (telah disamak), dan 50 buah produk jadi seperti dompet, tas, dan lain-lain, dengan omzet mencapai Rp50 juta per bulan.
“Alhamdulillah, usaha saya sekarang sudah banyak kemajuan. Pelanggan terus bertambah dan tidak hanya dari Rembang saja. Ada yang dari Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan luar Jawa seperti Medan, Palembang, Kalimantan dan paling jauh Raja Ampat. Bahkan saya punya pelanggan dari Tiongkok yang rutin ambil barang, dan terbaru ada pesanan juga dari reseller untuk pasar di Malaysia,” kata Ardi.
Baca juga: Ada Sanksi Jika UMKM Tak Miliki Sertifikasi Halal, Berlaku Mulai 18 Oktober 2024
Ardi mengisahkan, mulanya ia memanfaatkan kulit ikan ayam-ayam dan kulit ikan buntal dalam usahanya. Namun seiring berjalannya waktu, trennya menurun dan bahan baku sulit didapat.
Hingga akhirnya beralih ke kulit ikan pari karena melihat jumlahnya yang melimpah di Rembang dan hanya sedikit bahkan belum ada yang memanfaatkannya.
“Setahu saya, di Rembang ini hanya saya yang usaha dari kulit ikan pari. Dulu memang sempat ada satu, tapi sekarang sudah jarang terdengar. Karena untuk mengolah kulit ikan pari ini bisa dibilang cukup rumit ya. Perlu keterampilan khusus dan kesabaran karena prosesnya panjang sampai 15 hari, mulai menyamak sampai menghasilkan lembaran kulit crusting,” ujar Ardi.