Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham L'Oreal turun lebih dari 7 persen pada Jumat (9/2/2024).
Laporan penjualan yang lebih rendah dari perkiraan yang ada disebut menjadi penyebab dari penurunan ini.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (10/2/2024), perusahaan kecantikan satu ini pada Kamis lalu melaporkan penjualan kuartal keempat 2023 tumbuh di bawah perkiraan.
Penjualan L'Oreal pada kuartal empat 2023 naik 2,8 persen menjadi 10,6 miliar Euro.
Baca juga: Sikap Antisipatif Investor Terhadap Suku Bunga The Fed Bikin Mayoritas Bursa Asia Melemah
Menurut laporan Reuters, pertumbuhan tersebut berada di bawah perkiraan analis dari Barclays yang memperkirakan 10,9 miliar Euro.
Meski demikian, perusahaan yang memiliki merek seperti Lancôme dan Kiehl's ini tetap mencatatkan peningkatan penjualan selama 2023 sebesar 7,6 persen, menjadi 41,18 miliar Euro.
Adapun pertumbuhan penjualan yang berada di bawah perkiraan pada kuartal empat 2023 ini disebabkan oleh aktivitas di Asia Utara, termasuk China.
Penjualan di Negeri Tirai Bambu dilaporkan turun 6,2 persen pada kuartal keempat 2023. Sebaliknya, penjualan di Eropa dan Amerika Utara justru meningkat.
CEO L'Oreal Nicolas Hieronimus mengatakan pada Jumat lalu bahwa perusahaannya masih sangat ambisius di China.
Nicholas masih optimis akan rencana kuat pertumbuhan L'Oreal di China untuk 2024 dan seterusnya.
Sektor produk mewah memang tengah tertekan sejak akhir 2023 akibat dari kondisi makroekonomi dan geopolitik yang telah mempengaruhi belanja konsumen, terutama di Amerika Serikat dan China.
Namun, ada merek-merek kelas atas tertentu yang tak terpengaruh akan hal tersebut dan mampu terus menarik pembeli.
Contohnya Hermes, yang sahamnya baru naik 5,1 persen pada hari Jumat lalu setelah melaporkan lonjakan penjualan karena konsumen orang kaya terus mencari tas eksklusif Birkin dan syal sutra meski ada kenaikan harga.