Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Lembaga pemeringkatan kredit obligasi, Moody's Corporation baru-baru ini menurunkan peringkat kredit Israel karena risiko politik dan fiskal yang signifikan karen perangnya dengan militan Hamas di Gaza.
“Dampak konflik tersebut meningkatkan risiko politik dan melemahkan lembaga eksekutif dan legislatif Israel, serta kekuatan fiskalnya di masa mendatang,” kata Moody’s dalam sebuah pernyataan, Sabtu (10/2/2024).
Peringkat negara tersebut dipotong menjadi "A2", yaitu lima tingkat di atas peringkat investasi, sementara prospek kreditnya dipertahankan pada negatif oleh Moody's, yang berarti penurunan peringkat lebih lanjut mungkin terjadi.
“Meski intensitas pertempuran di Gaza mungkin berkurang atau terhenti, saat ini tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri permusuhan secara permanen dan tidak ada kesepakatan mengenai rencana jangka panjang yang akan memulihkan sepenuhnya dan pada akhirnya memperkuat keamanan bagi Israel,” kata Moody’s.
Selain itu, Moody’s juga memperkirakan beban utang Israel akan “lebih tinggi secara material” daripada yang diproyeksikan sebelum konflik dan belanja pertahanan menjadi hampir dua kali lipat pada akhir tahun ini dalam skenario dasar.
“Meskipun saat ini ada perundingan yang sedang berlangsung untuk menjamin pembebasan para sandera melalui gencatan senjata sementara dan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza, tidak ada kejelasan mengenai kemungkinan, jangka waktu dan ketahanan perjanjian tersebut,” kata lembaga itu.
Baca juga: Israel Kerahkan Teknologi Militer Berkemampuan AI Pertama Kalinya di Gaza, Tentara Buta Jadi Sniper
Israel sendiri telah berencana untuk melakukan serangan darat yang menargetkan Hamas di kota Rafah, Gaza selatan setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak tawaran terbaru Hamas untuk gencatan senjata dan pengembalian sandera yang ditahan di Jalur Gaza.
Baca juga: Hamas ke Dunia: Ratusan Ribu Warga Sipil Jadi Korban Jika Tentara Israel Serbu Rafah
Hingga saat ini, diperkirakan lebih dari 27.000 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya masih tertimbun reruntuhan bangunan akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.