Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar saham Jepang menguat pada Jumat (16/2) ditandai dengan indeks acuan Nikkei 255 Jepang ditutup pada angka di atas 38.000 poin selama dua hari berturut-turut.
Pasar saham Jepang tetap menguat meskipun Wall Street terperosok dalam jurang resesi pada 2023.
Ahli Strategi Japan Macro, Neil Newman mengatakan, reli saham Jepang selama sembilan bulan tidak ada hubungannya dengan perekonomian.
Baca juga: Erick Thohir Pastikan Pemerintah Sudah Sepakati Harga Divestasi Saham Vale
Sehingga menyusutnya perekonomian dalam dolar Amerika Serikat (AS) tidak berpengaruh terhadap investor.
“Lagipula, jendela peluang yang diciptakan oleh melemahnya yen mendorong investor internasional, karena mereka menduga jendela tersebut akan segera ditutup,” kata Neil mengutip CNN Business, Sabtu (18/2/2024).
Yen telah melemah lebih dari 6 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, setelah melemah sekitar 8 persen terhadap greenback di tahun 2023. Melemahnya yen membuat saham perusahaan Jepang lebih murah bagi investor asing.
Sementara itu, Inggris juga jatuh ke dalam resesi pada bulan-bulan terakhir tahun 2023 dan penjualan ritel AS anjlok lebih dari yang diperkirakan pada bulan Januari.
Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management mengatakan, data tersebut dapat mendukung bank sentral untuk menurunkan suku bunga.
“Indikator ekonomi yang lebih lemah dapat membuka jalan bagi kebijakan moneter yang relatif lebih longgar, memberikan latar belakang bullish bagi pasar Asia, terutama dari sudut pandang suku bunga, atau bahkan perspektif ekonomi,” kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.
Pasar saham Asia-Pasifik lainnya juga menguat menyusul kenaikan di New York. Indeks MSCI yang mencakup saham-saham Asia kecuali Jepang ditutup lebih tinggi lebih dari 1 persen.
Baca juga: Batal IPO Dua Unit Bisnis, Saham Alibaba Anjlok 7 Persen
Di Wall Street, S&P 500 ditutup pada rekor tertinggi 5.029,73 pada hari Kamis (15/2) karena saham-saham AS bangkit kembali dari penurunan tajam awal pekan ini.
Saham blue-chip Dow Jones Industrial Average naik 0,9 persen, sedangkan Nasdaq Composite yang sarat teknologi berakhir 0,3 persen lebih tinggi.
Kerugian AS pada awal pekan ini terjadi setelah laporan inflasi utama mengungkapkan kenaikan harga yang membandel, meningkatkan kekhawatiran di kalangan investor bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diperkirakan.
Namun, pasar bangkit kembali setelah pejabat Fed meredakan kekhawatiran tersebut.
“Ketahanan ekonomi AS, yang ditandai dengan kemampuannya untuk menghadapi tantangan global dan mempertahankan momentum pertumbuhan, menegaskan posisinya sebagai pendorong utama aktivitas ekonomi global," tutur Innes.