Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa kondisi ekonomi global mengalami perubahan yang begitu cepat. Bahkan distrupsi teknologi masif terjadi.
Menurut Jokowi, ketidakpastian ekonomi global ini sedianya menjadi pembelajaran bahwa di era 1998 lalu Indonesia pernah mengalami masa krisis keuangan.
"Tadi saya sampaikan, geopolitik juga masih belum jelas akan selesai kapan, akan kemana. Kita harus banyak belajar pada kasus-kasus masa lalu baik di 98, asian finansial krisis," kata Jokowi dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024, Jakarta Selatan, Selasa (20/2/2024).
Baca juga: Di Hadapan Presiden Jokowi, Ketua OJK: Indonesia Tidak Dalam Periode Wait and See
Selain itu, Jokowi menyebut bahwa ketidakpastian global juga ditunjukkan dengan jatuhnya silicon valley bank. Sehingga dia meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga industri keuangan di Indonesia.
"Ini juga mengharuskan kita semuanya hati-hati dalam kita menjaga industri keuangan kita, ekonomi kita. Kita harus menjaga ekonomi agar inklusif dan berkelanjutan," tutur Jokowi.
Di sisi lain, Presiden Jokowi menyatakan bahwa OJK perlu memperkuat inklusif dan literasi keuangan. Dalam catatannya, tingkat inklusi keuangan Indonesia berada di angka 75 persen. Sedangkan tingkat literasi keuangan masih di angka 65 persen di tahun 2023.
"Tadi sudah disampaikan oleh Pak Ketua OJK, OJK harus harus terus memperkuat inklusi dan literasi keuangan," jelasnya.
Mantan Wali Kota Solo itu mengaku bahwa hal yang terpenting lainnya adalah dukungan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Jokowi bilang, dukungan terhadap pelaku usaha UMKM ini bisa melalui perbankan dan asuransi, kredit perbankan perlu ditingkatkan lantaran angkanya saat ini masih 19 persen.
"Ini perlu sebuah terobosan, perlu sebuah strategi agar ada peningkatan kredit perbankan, modal UMKM sehingga kita bisa melihat UMKM kita tumbuh dengan baik," bebernya.