Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Lebih dari separuh eksportir di Inggris mulai terganggu oleh serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi Yaman di Laut Merah.
Menurut survei yang dilakukan Kamar Dagang Inggris (BCC), 55 persen eksportir melaporkan biaya pengiriman dan penundaan yang lebih tinggi, begitu pula 53 persen produsen dan perusahaan jasa antar-konsumen.
Di antara semua jenis usaha, 37 persen perusahaan terkena dampak serangan tersebut, menurut survei terhadap 1.000 perusahaan yang dilakukan antara 15 Januari hingga 9 Februari 2024.
Baca juga: Houthi Rekrut 200 Ribu Pasukan Tambahan, Siap Gempur Kapal-kapal Israel di Laut Merah
Beberapa perusahaan yang disurvei mengatakan biaya sewa kontainer melonjak hingga empat kali lipat, sementara waktu pengiriman meningkat hingga empat pekan.
“Terdapat cadangan kapasitas dalam industri pengiriman barang untuk merespons kesulitan-kesulitan ini, yang memberi kita waktu,” kata kepala kebijakan perdagangan BCC, William Bain dalam sebuah pernyataan, Minggu (25/2/2024).
“Tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa semakin lama situasi ini berlangsung, semakin besar kemungkinan tekanan biaya akan mulai meningkat,” sambungnya.
Houthi yang didukung Iran telah melakukan puluhan serangan rudal dan drone terhadap kapal komersial di Laut Merah, salah satu rute pelayaran tersibuk di dunia, sejak dimulainya perang Israel dengan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza.
Kelompok pemberontak tersebut mengklaim menargetkan kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel dalam upaya untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina di bawah pemboman Israel di Gaza.
Baca juga: Rudal Houthi dari Laut Merah Jangkau Kota Eilat Israel, Yaman Dapat Tawaran Besar dari Uni Eropa
Serangan Houthi juga menyebabkan gangguan besar terhadap perdagangan global, dengan volume perdagangan melalui Terusan Suez, yang menghubungkan Laut Merah ke Laut Mediterania, turun sekitar 42 persen, menurut Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB.