Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, pedagang warteg kini mulai mengurangi porsi nasi ke pelanggannya untuk mengantisipasi harga beras yang terus naik.
Hingga kini harga beras premium sudah menembus Rp18 ribu per kilogram. Ini menjadi harga tertinggi sepanjang sejarah. Menaiknya harga beras dikeluhkan pelaku usaha warteg.
"Dampaknya pertama biaya. Karena eras ini sebagai bahan pokok di warteg," ujar Mukroni saat dihubungi Tribunnews, Rabu (28/2/2024).
Dengan naiknya harga beras, kata Mukroni, mengurangi margin keuntungan bagi pelaku usaha warteg. Namun, mereka juga enggan menaikkan harga makan, lantaran takut ditinggal pelanggan.
"Kalau kita naikan (harga), pelanggan malah hengkang atau menjauh dari warung kita," tambah Mukroni.
Mukroni mengatakan, pelaku usaha warteg mensiasati dengan mengurangi porsi nasi. Dia berharap para pelanggan warteg memaklumi hal tersebut.
"Kita mengurangi porsi yang tadinya lumayan memberikan nasi. Kita kurangi karena beras naik harga. Pelanggan mengerti lah. Ya ada juga yang protes nasinya dikit. Tapi sebagian pelanggan sudah tahu," kata Mukroni.
Baca juga: Warteg Kewalahan Hadapi Lonjakan Harga Beras dan Cabai, Kurangi Porsi Nasi dan Sambal
Mukroni juga mengatakan, saat ini beras yang digunakan juga dikeluhkan para pelanggan. Dimungkinkan lantaran beras bukan asli tanam di Indonesia.
"Pelanggan ini dengan warteg sudah merasa enak, karena kita pakai beras dalam negeri. Mungkin kita punya lahan sawah yang subur itu lebih gurih ketimbang impor," ucap Mukroni.
Baca juga: Pedagang Warteg Keluhkan Harga Beras Masih Tinggi di Pasaran
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Perum Bulog untuk meningkatkan stok cadangan beras pemerintah atau CBP minimal 1,2 juta ton di gudang Bulog.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menyampaikan, beras menjadi perhatian utama dalam sidang kabinet yang digelar pada Senin (26/2/2024), mengingat komoditas ini menyumbang inflasi paling tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komoditas beras pada Januari 2024 masih mengalami inflasi yakni sebesar 0,64 persen dengan andil sebesar 0,03 persen.
“Stok bulog itu harus ada minimal 1,2 juta ton, stok level terakhir adalah 800.000 ton, good in transit [barang terikirim] sekitar 500.000-600.000 ton. Jadi memang kita harus terus menjaga stok di 1,4 [juta ton],” kata Arief usai menghadiri rakornas Bapanas di Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2/2024).