News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Surya Rotan Desa Trangsan, dari Rumahan Kini Langganan Ekspor ke Negeri Paman Sam

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Produksi kursi rotan di Surya Rotan, Desa Trangsan

TRIBUNNEWS.COM - Di sebuah sudut gudang mebel terlihat seorang pemuda tengah mengampelas bingkai kayu yang sudah disusun rapi, empat saf jumlahnya.

Sesekali, bingkai kayu yang panjangnya sekitar setengah meter itu ia pelototi.

Yakni dengan tujuan hendak memastikan kemulusan dan ketepatan ukuran satu kayu dengan kayu lainnya.

Sementara tak jauh dari tempat pemuda itu beranjak, ada ibu-ibu sedang merapikan bilah-bilah rotan yang panjangnya sekitar lima meteran.

Kelak, rotan-rotan tersebut digunakan sebagai alas serta penghias kursi produksi Surya Rotan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) milik Suryantoro.

Surya, sapaan akrabnya, pada Rabu (13/3/2024) siang hari itu sedang mengawasi para karyawannya merampungkan pesanan kursi rotan.

Selain mengawasi, Surya juga berperan penentu terakhir barang produksi usahanya benar-benar berkualitas memenuhi standar.

Karena bukan main pasarnya, barang produksi UMKM asli Desa Trangsan itu bakal dikirim ke luar negeri alias ekspor.

"Jadi memang kami siapkan produk-produk berkualitas untuk dikirim ekspor ke luar negeri," jelasnya ketika ditemui Tribunnews.

Surya bercerita, UMKM rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo ini merupakan UMKM yang bergerak di bidang mebel dengan bahan utamanya adalah rotan.

Bahkan belum lama ini, desanya telah dijadikan desa wisata rotan binaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

Baca juga: Digitalisasi Produk Rotan, Hidupkan Secercah Asa Masyarakat Pedalaman Kalimantan

Rotan di desanya, memang dikenal sebagai daerah dengan kekayaan rotan berikut produk mebel pilihan.

Apalagi, desa ini bisa diakses oleh warga Kota Solo hanya sekitar 10 menit perjalanan dengan sepeda motor.

Yakni dari Kampung Batik Laweyan ke barat, melewati Kelurahan Pajang ke selatan, kemudian ke barat tak sampai dua kilometer jaraknya.

Di sisi lain, Surya sudah memulai usaha sejak 1998, saat itu usianya tergolong muda, baru 24 tahun.

Dari usaha rumahan seorang diri, kini Surya telah mempekerjakan total 50 karyawan.

50 karyawan di antaranya terbagi ke dalam berbagai divisi, mulai dari produksi, finishing, hingga pemasaran.

Awalnya, Surya Rotan memproduksi beberapa produk mebel rumahan. Antara lain perabotan ruang tamu seperti kursi rotan, meja rotan hingga keranjang rotan.

Lalu berkembang memproduksi perabotan kamar seperti dipan, perabotan dapur hingga perabotan lobi hotel.

Harganya mulai dari puluhan ribu rupiah sampai jutaan rupiah.

Usahanya terdongkrak naik karena diminati pasar Amerika atau Negeri Paman Sam hingga Benua Biru Eropa.

Hal ini berkat dukungan dari pemerintah daerah juga BUMN, salah satunya adalah BRI.

"Kami sering diajak untuk ikut pameran furniture, itulah saatnya produk kita dikenal luas dan mendapat buyer-buyer baru, hingga ke Amerika dan Eropa," papar bapak berusia 50 tahun ini.

Berbagai pameran pernah diikutinya, termasuk pameran mebel di luar negeri di Jerman pada 2016 dan Korea Selatan pada 2019.

Lantas, manfaatnya sungguh luar biasa baginya dengan mengikuti pameran.

Memang bukan pembeli langsung yang ia dapatkan, tetapi jaringan pembeli meluas hingga ke berbagai belahan dunia.

"Alhamdulilah, pasar ekspor terbesar dan terus belanjut hingga saat ini adalah pasar Amerika. Maka minimal pemesanan untuk pasar ekspor adalah satu kontainer angkutan. Ini barang-barang yang mau dikirim ke Turki," ucapnya sembari menunjuk tumpukan paket kursi rotan terbungkus kardus.

Peran BRI

Surya mengakui, peran berbagai stake holder mempengaruhi usahanya juga usaha UMKM di Desa Trangsan.

Seperti halnya kehadiran BRI baginya dikenal sebagai bank wong cilik (rakyat kecil, Red).

Bagaimana tidak, Surya menambahkan, sudah sejak lama BRI hadir di Desa Trangsan mendukung kegiatan perekonomian desa.

Untuk pengrajin rotan, BRI mengenalkan dan memberi kemudahan untuk pinjaman modal.

"Banyak kok yang pakai KUR (Kredit Usaha Rakyat) di Trangsan. Semuanya terbantu. Selain itu BRI juga banyak mendukung kegiatan-kegiatan desa termasuk pengembangan dan pembinaan UMKM," terangnya.

Suryantoro pemilik Surya Rotan (TribunSolo.com/Chrysnha)

Dikatakannya, sosialisasi KUR sering kali digelar dengan mengumpulkan seluruh pengrajin rotan di desa.

Selain KUR, pengrajin juga pelaku UMKM rotan tak sedikit yang menggunakan fasilitas pembayaran dari BRI.

Mesin Electronic Data Center (EDC) dan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) BRI sebagai jawaban dalam sistem pembayaran elektronik langsung.

"Saya menggunakan kedua alat pembayaran tersebut, apalagi sekarang lagi tren bayar cashless, jadi kita juga harus mengikuti perkembangan zaman," kata dia.

"Pembeli datang tinggal gesek kartu, atau tinggal scan barcode QRIS pakai BRIMobile. Lebih praktis dan efisien," imbuh Surya.

Tentunya, pembayaran tersebut diperuntukkan pembeli yang datang langsung ke toko atau saat pameran berlangsung.

Lantas, dirinya juga menyediakan fasilitas transfer nomor rekening yang bisa diakses melalui akun mobile banking BRIMobile miliknya.

"Terutama untuk pembeli ekspor pasti transfer ke rekening, saya tinggal akses BRIMobile, mengecek keuangan pun bisa di situ. Mudah digunakan," paparnya.

Pendampingan juga dilakukan untuk pengembangan UMKM.

Mulai dari produksi hingga pemasaran, BRI disebut berperan demi sebuah misi pemberdayaan UMKM agar naik kelas.

Harapannya, usaha mikro bisa berkembang menjadi usaha kecil, usaha kecil menjadi usaha menengah dan seterusnya menjadi lebih besar.

Pergerakan ekonomi tersebut yang dilihat BRI sebagai sebuah peluang sekaligus manfaat.

Pimpinan Cabang BRI Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo mengatakan, pemberdayaan UMKM bagi BRI merupakan visi memberi makna Indonesia.

"Kemudian memberdayakan masyarakat sebagai penopang perekonomian nasional," jelasnya ketika ditemui Tribunnews di kantornya.

Ia menjelaskan, BRI telah melakukan beberapa aksi nyata demi menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi dan memastikan nasabah dapat naik kelas dalam satu ekosistem yang utuh dalam konsep empower, Integrate, dan upgrade.

Sementara terkait dengan kemudahan transaksi merchant, BRI menyediakan transaksi non tunai dan praktis dengan promo yang beragam.

Saat ini, tersedia sekitar 500 merchant BRI di kantor cabang yang ia pimpin.

Dengan adanya transaksi, seperti penggunaan EDC dan QRIS tersebut di atas, pihaknya mengklaim pelayanan maksimal dari BRI.

"Pada intinya kami menerima semua transaksi kartu kredit, free biasa sewa dan  biasa maintenance."

"Payment lebih cepat termasuk hari Sabtu dan hari Minggu, bank dengan jumlah kartu terbanyak, tekhnologi terdepan dengan EDC system android dan satelit BRI sendiri," tuturnya.

Eksistensi Ekspor

Barang produksi Surya Rotan di Desa Trangsan

Sekira setahun yang lalu Desa Trangsan telah dikukuhkan sebagai Desa Devisa Rotan Sukoharjo.

Hal ini tidak luput dari kegiatan pengiriman ke luar negeri alias ekspor yang sudah dikenal dari Trangsan hingga mancanegara.

Kepala LPEI Surakarta Irwan Prasetiyawan menyatakan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) meluncurkan Desa Devisa Rotan Sukoharjo kala itu.

Dalam peluncurannya,  turut merangkul juga Indonesia Development Design Center (IDDC) Kementerian Perdagangan dan Pemkab Sukoharjo.

Irwan Prasetiyawan mengatakan, Desa Trangsan ini terbilang unik karena memiliki potensi kerajinan rotan yang besar.

Mayoritas perajin asli warga desa tersebut, dan sudah berjalan 96 tahun.

Dia mengatakan, Desa Devisa Rotan Sukoharjo ini merupakan program unggulan LPEI dalam memberdayakan UMKM di Sukoharjo.

Kegiatan ini berbasis pengembangan komunitas.

"Pendampingan dilakukan LPEI di Desa Devisa Rotan Sukoharjo menyasar 30 UKM kerajinan rotan," jelasnya ketika dihubungi terpisah.

Selain itu, kegiatan tersebut juga terkait perizinan, prosedur dokumen ekpor akses pasar hingga pengembangan desain produk rotan.

Dia menjelaskan, para perajin yang berada di Sukoharjo tepatnya di Desa Trangsan mempunyai berbagai tantangan saat mengelola Desa secara mandiri.

Desa Trangsan ini memiliki 220 usaha perajin kayu rotan yang saat ini masih aktif memproduksi sebanyak 150 kontainer kerajinan rotan setiap bulannya.

Terlihat terdapat total 5.000 hingga 6.000 pekerja berkontribusi dalam kegiatan produksi setiap harinya dan lebih dari 60 persen penduduk desa adalah kelompok perajin.

"Semoga adanya program Desa Devisa Rotan Sukoharjo saya harap bisa menjadi bahan bakar semangat dan lokomotif untuk menggerakkan UKM pengrajin rotan yang ada di Desa Trangsan," ungkapnya.

"Semoga perajin rotan di Sukoharjo memajukan penjualan di skala ekspor," harap dia.

(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini