TRIBUNNEWS.COM - CEO The Body Shop Indonesia, Suzy Hutomo, buka suara soal penutupan massal seluruh toko di AS dan Kanada beberapa waktu lalu.
Suzy mengatakan peristiwa serupa tidak bakal terjadi di Indonesia.
Hal ini disampaikannya dalam unggahan di akun Instagram resmi The Body Shop, @thebodyshopindo.
"Dengan banyaknya berita yang beredar tentang penutupan bisnis di Amerika Serikat dan Kanada belakangan ini, saya ingin memberi tahu Beauty Lovers bahwa The Body Shop Indonesia akan tetap ada dan terus berkembang di Indonesia," kata Suzy dalam unggahan tersebut.
Suzy mengungkapkan dirinya berani untuk menjamin hal tersebut lantaran The Body Shop Indonesia beroperasi secara independen di bawah naungan Global Head Franchise.
Kemudian, keyakinannya itu juga berdasarkan pertumbuhan yang konsisten dari perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan perawatan tubuh tersebut.
"Komitmen terhadap nilai-nilai otentik Anita Roddick (founder The Body Shop) membuat kami terus berkembang."
"Kami bangga menjadi bagian dari keluarga Global Head Franchise The Body Shop, dan tentunya sangat antusias untuk terus melayani Beauty Lovers," kata Suzy.
Sebelumnya, The Body Shop menutup seluruh gerainya di AS per 1 Maret 2024.
Selain di AS, penutupan juga terjadi di beberapa gerai perusahaan di Kanada.
Dikutip dari The Guardian, penutupan ini lantaran masih terjadinya inflasi yang tinggi.
Baca juga: The Body Shop Bangkrut, Gerai di AS dan Kanada Berguguran
The Body Shop pun menilai hal ini berdampak terhadap daya beli masyarakat kelas menengah.
Pada laporan awal 2023, The Body Shop mengalami penurunan penjualan tahun per tahun atau year to year sebesar 13,5 persen pada 2022.
Menurut Natura, dampak pandemi Covid-19 yang sudah berakhir juga menjadi faktor penjualan The Body Shop menjadi negatif.
Natura mengungkapkan selama pandemi Covid-19, para konsumen 'mendapat manfaat langsung'.
Sementara, pasca pandemi, masyarakat dianggap telah dalam 'tingkat yang lebih normal sebelum pandemi'.
Baca juga: Kenalkan ke Industri Kosmetik, Kampus Ini Gelar Diseminasi Ilmu Kimia
Sebagai informasi, The Body Shop berdiri atas gagasan dari seorang aktivis Inggris, Anita Roddick pada 1976.
Pada saat itu, Roddick terinspirasi untuk membuat produk kecantikan yang murni bersumber dari alam sehingga tiap individu tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.
Dalam perjalanannya, The Body Shop menggaggas untuk pelarangan pengujian produk ke hewan, dikutip dari CNN.
The Body Shop pun langsung melebarkan sayap bisnisnya ketika pada 2023, ritel yang tersebar di dunia mencapai 2.500 lokasi di 800 negara.
Selain itu, tersedia pula produk The Body Shop secara online di lebih dari 60 pasar.
Di sisi lain, kepemilikan perusahaan kerap berpindah tangan.
Pada 2006, The Body Shop sempat dibeli oleh perusahaan kosmetik ternama, L'Oreal pada 2006 senilai lebih dari 1 miliar dolar AS.
Lalu, pada 2017, perusahaan dijual ke perusahaan Brasil Natura seharga 1 miliar dolar AS.
Enam tahun kemudian, The Body Shop kembali dijual ke grup manajemen aset Aurelius dengan harga yang sudah terjun bebas menjadi 266 juta dolar AS.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)