Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan farmasi global asal Jerman, Bayer Pharmaceuticals, menginvestasikan dana senilai lebih dari 3,5 miliar Euro atau sekitar Rp62 triliun untuk membangun platform teknologi yang bertujuan mendukung penemuan dan pengembangan terapi sel serta terapi genetik.
Strategi transformasi bisnisnya di bidang farmasi ini mereka paparkan di acara tahunan Pharma Media Day 2024.
Pengembangan yang menjadi bagian dari strategi perusahaan ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan jangka panjang dan berkelanjutan.
Baca juga: Polusi Dalam Rumah yang Tak Disadari, Aroma Terapi Salah Satunya, Bisa Picu ISPA dan Pneumonia
"Kami mencatat kemajuan signifikan dalam meningkatkan nilai prospek bisnis. Hal ini menunjukkan bahwa strategi penelitian dan pengembangan yang telah kami perbarui memberikan hasil yang memuaskan," ungkap Stefan Oelrich, Member of the Board of Management, Bayer AG and President of Bayer's Pharmaceuticals Division dikutip Kamis, 28 Maret 2024.
Dia mengatakan, pada saat yang sama, perusahaan juga terus memperluas eksistensi kami di bidang terapi kunci, sekaligus memastikan ketersediaan obat-obatan untuk menjangkau jumlah pasien yang lebih banyak.
Secara khusus, Bayer telah memperkuat kemampuan inovasinya dengan fokus penelitian di empat bidang terapi inti (penyakit kardiovaskular, onkologi, imunologi, dan neurologi serta penyakit langka).
Langkah ini didukung oleh perluasan kapabilitas perusahaan melalui kolaborasi strategis dan akuisisi perusahaan platform. Di samping itu, perusahaan juga meningkatkan kualitas prospek bisnis melalui efisiensi portofolio secara ketat.
"Selama dua puluh empat bulan terakhir, kami telah bekerja dengan tekun di bidang Riset & Pengembangan dan membuat kemajuan penting dalam membangun kembali prospek bisnis yang sehat," ujar Christian Rommel, Member of the Executive Committee of Bayer's Pharmaceuticals Division and Head of Research and Development.
"Dengan tingkat urgensi yang tinggi, kami akan terus mendorong permintaan otorisasi obat baru (Investigational New Drug - IND) yang lebih inovatif secara berkelanjutan dengan meningkatkan kontribusi dari perusahaan-perusahaan platform. Kami juga akan secara aktif mencari peluang kerjasama dan kemitraan baru yang sejalan dengan visi dan tujuan perusahaan," ungkapnya.
Baca juga: Lowongan Kerja Kimia Farma untuk Lulusan D3 Farmasi dan Apoteker, Simak Syaratnya
Bayer juga berinvestasi dalam memperluas pilihan terapi dan meningkatkan standar perawatan untuk perempuan menopause.
Di tahun 2030, populasi perempuan di dunia yang mengalami menopause diproyeksikan meningkat menjadi 1,2 miliar, dengan 47 juta perempuan akan memasuki fase ini setiap tahunnya.
Lebih dari sepertiga perempuan yang berada dalam fase menopause melaporkan sejumlah gejala yang parah, yang dapat berlangsung selama 10 tahun atau lebih setelah periode menstruasi terakhir mereka. Hal ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup mereka.
Namun, sekitar 30 persen perempuan yang mengalami gejala sedang hingga berat dan berkonsultasi dengan dokter, tidak mendapat pengobatan apa pun.
"Di samping mengalami gangguan tidur, banyak perempuan di seluruh dunia pada umumnya menderita gejala vasomotor selama masa transisi menopause, yang mana dapat memengaruhi kualitas hidup mereka," ungkap Cecilia Caetano, Head Global Medical Affairs Women's Health, Bayer AG.
"Kami berkomitmen mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendobrak kebungkaman dengan mendorong edukasi, meningkatkan kesadaran, serta memperluas pilihan pengobatan untuk mendukung perempuan di berbagai tahap kehidupan mereka," imbuhnya.
Bayer saat ini menuju menjadi perusahaan onkologi terkemuka dunia.
Dominik Ruettinger, M.D., Ph.D., Head of Research and Early Development for Oncology Bayer AG mengatakan, Bayer telah mengembangkan kemampuan dalam bidang onkologi yang presisi untuk membuka jalan bagi terobosan dari terapi generasi terbaru, dan membangun prospek yang kuat dan berkelanjutan di seluruh area tumor intrinsik, imuno-onkologi, dan radioterapi yang ditargetkan.
"Mengatasi tingginya kebutuhan medis yang belum terpenuhi dalam perawatan kanker, kami berusaha untuk mendorong batas-batas inovasi agar bisa menyediakan obat-obatan yang berdampak pada pasien yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu," kata Dominik Ruettinger.