“Sebenarnya di marketplace waktu itu sudah ada, tapi yang laris di komunitas Facebook, jadi ordernya lewat WA, sehingga sesimple notif uang masuk itu sangat membantu penjualan kami waktu itu,” kata Rakhi.
Notifikasi yang real time jadi alasan utama Rakhi menggunakan BRImo sebagai penunjang jualan anggreknya.
AKM Orchid di tengah pandemi bisa menjual ribuan anggrek dalam seminggu dengan omzet hingga ratusan juta rupiah.
Tak berhenti di BRImo, Rakhi yang akhirnya menjadi UMKM binaan BRI ini kemudian juga difasilitasi pembayaran non tunai QRIS (Quick Response Code Standar Indonesia) oleh BRI.
“QRIS yang paling kerasa saat pameran, yang mau beli banyak, kalau tidak sat set calon pembeli bisa kabur, karena kalau pameran kan space jualan kecil, potensi antrean besar,”kata dia.
Kemudahan lain yang dirasakan Rakhi menggunakan QRIS saat pameran adalah tidak perlu menyiapkan uang kembalian kepada pembeli.
“Harga anggrek biasanya 55 ribu, 75 ribu, nominalnya kadang tidak bulat, jadi sebelum pakai QRIS biasanya kami nyari uang 5000an dulu ke pom bensin untuk kembalian, sekarang kalau pakai QRIS tinggal scan saja,” terangnya.
Di sisi lain, pembayaran non tunai juga menjamin keamanan dari transaksi yang dilakukan.
“Kalau pulang pameran kan mau tidak mau bawa uang banyak jika semua tunai jadi tetep harus hati-hati, sementara jika pakai non tunai langsung ke rekening, lebih aman,” kata dia.
Pembina Pusat Studi Kewirausahaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Eddy Tri Haryanto mengatakan kondisi UMKM saat Pandemi Covid-19 memang dituntut untuk kreatif dalam memasarkan produknya, karena adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat)
“Bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti menggunakan jarkoman via Whatsapp , telegram atau menawarkan kepada rekan-rekan terdekat, atau ke media sosial yang tidak memiliki batasan ruang, bisa promosi ke luar negeri juga,” kata Eddy.
Dengan paksaan go online ini, kata Eddy, sudah banyak UMKM yang akhirnya menemukan celah dan malah bisa sukses di tengah Pandemi Covid-19.
“Yang penting untuk diperhatikan menjaga sikap professional, karena transaksi yang dilakukan melalui media online tentu memerlukan sikap saling percaya dan jujur antara penjual dan pembeli,” kata Eddy.
Sementara penggunaan pembayaran non tunai dinilai bisa membuat UMKM naik kelas.