Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro
TRIBUNNEWS.COM, MUNTILAN - Smartphone Rakhi Pradhana bergetar ketika tengah berbincang dengan Tribunnews.com di kediamannya, kawasan Kawetan Muntilan, Jawa Tengah, Senin, 11 Maret 2024.
Notifikasi itu menunjukkan adanya uang masuk dari pembeli yang menggetarkan smartphone Rakhi siang itu.
“Pembeli dari Aceh, transaksi yang masuk real time dan ada notifnya ini yang saya suka dari BRImo, ini pula yang menolong kami di era pandemi kemarin,” kata Rakhi anak dari pemilik Agro Karya Mandir (AKM) Orchid, Magelang.
Pria 32 tahun ini mengingat ketika Pandemi Covid-19 akses untuk ke berbagai tempat sangat dibatasi, maka transaksi non tunai jadi penolong bisnisnya.
Ia yang berjualan anggrek juga sangat tertolong dengan adanya internet.
“Yang pertama saya jualannya menggunakan internet, karena PPKM kan tidak boleh kemana-mana, akhirnya mau tidak mau ke Facebook dan IG waktu itu yang jadi media untuk jualan,” kata dia.
Dengan jualan secara online, maka Rakhi butuh kepastian kapan dana dari pembeli masuk ke rekeningnya untuk segera diproses ke pengiriman barang.
“Sempat pakai bank lain, tapi agar ada notif setiap uang masuk harus bayar, maka ketika tahu di BRImo bisa ada notif gratis, langsung pindah ke BRI, kebetulan pernah pinjam KUR BRI,” kata dia.
Pertengahan Pandemi Covid-19 jadi masa Rakhi di AKM Orchid mengembangkan usahanya.
Ia bisa menjual ribuan anggrek dalam seminggu.
“Itu hampir semua online, yang datang langsung paling hanya pedagang besar, karena PPKM, itu kalau tidak ada notif uang masuk ya bisa kebayang seberapa repotnya, ngecek mutasi dari ribuan transaksi,” kata dia.
AKM Orchid, kata Rakhi, pada waktu itu lebih memfokuskan jualan Anggrek Dendrobium di Facebook yang kemudian berlanjut melalui WhatsApp pribadi.
Di AKM Orchid, penjualan anggrek memang hanya diurus oleh satu keluarga, yakni sang Ayah, Rakhi sendiri, dan sang ibunda.