Untuk KM Gunung Dempo tipe 2.000, dia menilai stabilitasnya sangat bagus sehingga aman meskipun menghajar ombak besar di perairan domestik.
Kapten Fauzi menururkan menjadi seorang pelaut sekarang ini tidak lagi sulit untuk menghubungi keluarga di rumah.
Keberadaan smartphone yang bisa diakses dengan internet satelit sudah membuat pelaut dapat berkomunikasi dengan istri dan anak di darat.
Baca juga: Kisah Misbah Budianto, Bawa Keluarga Mudik Naik Kapal Laut Setelah 14 Tahun di Perantauan
“Kalau dulu kita itu harus kirim surat atau ke wartel saat kapal sandar tapi sekarang teknologi di atas kapal sudah berkembang pesat,” ucapnya.
Gawai pun dapat digunakan selama 24 jam untuk whatsapp sampai video call tidak ada masalah.
Selama berlayar, Kapten Fauzi mengaku tidak pernah bertemu dengan perompak sampai makhluk ghoib penghuni laut.
“Alhamdulillah sampai saat ini belum pernah ya karena kapal kita ini berjalan dengan kecepatan speed 17 sedangkan kalau makhluk ghoib juga tidak namun fenomena alam sering terjadi,” imbuh dia.
Dua tahun lagi, Kapten Fauzi akan memasuki masa purna tugas.
Baca juga: Kisah Haru Mualim III Kapal Pelni Saoda Hasan Dengar Kabar Ibu Tutup Usia Saat Berlayar
Dia mengatakan sudah mempersiapkan diri untuk bertani di Desa Temanggung kelak.
“Iya sudah dipersiapkan akan bertani kecil-kecilan hanya saja sekarang saya masih tinggal di Manado karena istri kan orang sana,” ujarnya.
Kapten Fauzi tidak menularkan profesi pelautnya ke ketiga putrinya.
Tiga putrinya kini sedang berkuliah di Fakultas Kedokteran.
Dia menilai pelayaran nasional terus menunjukkan pertumbuhan terutama dari sisi logistik di mana hal itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah menurutnya harus terus menambah Sumber Daya Manusia (SDM) sekror pelayaran karena Indonesia sebagai negara martim sudah semestinya dapat mengoptimalkan peran kapal laut.
FOTO: Nakhoda KM Gunung Dempo Kapten Fauzi Indriyanto.