News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Iran Vs Israel

Ekonom Dorong Pertamina Jaga Ketahanan Energi Nasional di Tengah Eskalasi Konflik di Timur Tengah

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Pertamina memang optimis dan terus berkomitmen untuk selalu menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung stabilitas perekonomian.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom senior Institute for Social, Economic, and Digital (ISED), Ryan Kiryanto, angkat bicara soal upaya Pertamina menjaga ketahanan energi nasional.

Seperti diketahui, kondisi geopolitik yang terus meningkat di Timur Tengah, bisa membuat harga crude oil terus melesat.

“Saya harus mengatakan, dalam keadaan apa pun negara melalui Pertamina harus hadir. Nah bentuk kehadiran negara tersebut, adalah ikut menstabilkan harga di pasar, yang menjadi konsumsi masyarakat banyak. Termasuk juga bahwa Pertamina terus memelihara pasokan BBM guna menjaga ketahanan energi,” jelas Ryan kepada media hari ini, Minggu (28/4/2024).

Menurut Ryan, optimisme dan komitmen Pertamina tersebut sangat penting, terutama dalam kondisi saat ini.

Baca juga: Israel-Iran Saling Serang, Menteri ESDM Ketar-ketir Harga Minyak Dunia Naik

Melesatnya harga minyak dunia akibat kondisi geopolitik, lanjut dia, memang sangat berpengaruh kepada perekonomian nasional. Terlebih, dibarengi dengan melemahnya nilai tukar mata uang. Itu sebabnya, lanjut Ryan, Pemerintah harus mendukung Pertamina.

“Harus (mendukung). Jika dalam situasi geopolitik seperti sekarang, Pertamina menaikkan harga BBM misalnya, maka efek spiralnya ke mana-mana. Ada yang namanya first round effect yaitu pembeli BBM akan langsung terpukul karena harga tiba-tiba menjadi lebih mahal,” urai Ryan.

Tidak hanya itu. Yang berbahaya, imbuh Ryan, adalah second round effect yakni harga barang-barang akan mengikuti kenaikan harga BBM tersebut.

“Ujungnya, kalau harga barang kelompok barang pokok naik, yang terjadi adalah inflasi,” kata dia

Bahkan, selain kenaikan harga barang di dalam negeri, kenaikan harga barang di luar negeri juga membuat semakin berat. Kondisi demikian, menurut Ryan, disebut sebagai imported inflation.

Yakni, kenaikan harga akibat tingginya harga barang dari luar negeri. “Sehingga kita akan terkena double inflation factor, dimana causa prima -nya adalah risiko geopolitik yang meningkat,” urai Ryan.

Dan jika itu terjadi, lanjut Ryan, tentu sangat memberatkan masyarakat.

“Makanya, Pertamina sebagai BUMN di tengah situasi yang sedang hangat secara geopolitik, tentu dari sisi timing, pilihan terbaik adalah tidak menyesuaikan harga BBM dahulu sambil terus menjaga ketahanan energi,” lanjutnya.

Terus meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, memang memicu kenaikan harga minyak dunia.

Pada Jumat (26/4/2024) misalnya, harga minyak WTI naik 0,39 persen ke US$ 83,90 per barel. Sedangkan jenis Brent naik 0,38% ke US$ 89,35 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI menguat 2,04%. Pada periode yang sama, harga minyak Brent menguat 2,36%

Begitupun, di tengah kondisi tersebut, Pertamina memang optimis dan terus berkomitmen untuk selalu menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung stabilitas perekonomian.

Sebagaimana disampaikan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati sebelumnya, bahwa Pertamina akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pengendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini