QRIS bagi Karno memberikan manfaat lebih untuk pedagang, tak hanya bagi pembeli.
Pedagang, menurutnya, bisa mengurangi transaksi tunai termasuk tak harus repot memberikan uang kembalian.
"Jadi adanya QRIS ini sudah tak ada lagi uang palsu, Alhamdulilah bisa membasmi uang palsu. Kami pedagang juga bisa bertransaksi lebih efektif dan efisien," ujar dia.
Selain QRIS, produk perbankan lain yang digunakan Karno sebagai pedagang ikan hias adalah pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.
Sudah satu dasawarsa dirinya berdagang ikan hias sejak direlokasi dari Pasar Gede Solo, KUR mendukung permodalannya untuk bisa bertahan hingga sekarang.
Pria asal Mojogedang, Kabupaten Karanganyar ini mengaku terbantu dengan adanya KUR selama ia berwirausaha.
Bahkan sudah tiga kali pengajuan dana KUR telah dicairkan BRI untuk permodalan usaha dagang ikan hias.
"KUR yang pertama dulu Rp 20 juta angsuran 2 tahun, (KUR) kedua Rp 25 juta sama 2 tahun. Yang terakhir ini yang agak besar RP 50 jjuta diangsur selama tiga tahun," terangnya.
Belum genap angsuran bulan keempat untuk KUR ketiga yang diajukan Karno saat ini.
Ia mengatakan, KUR ketiga bernilai besar dibanding KUR pertama dan keduanya karena membutuhkan dana lebih untuk kios cabang baru.
Pasalnya, perlengkapan penunjang ikan hias tak semurah yang dibayangkan. Untuk mendisplay akuarium dengan luas kios 1x3 meter saja dirinya hampir menghabiskan Rp 30 juta.
Jumlah itu belum termasuk dagangan ikan hias yang bermacam jenisnya.
Adapun ikan hias yang dijual Karno mulai dari ikan koki, ikan emas, ikan komet dan ikan koi.
Harga ikan termurah di kiosnya yakni Rp Rp 15 ribu untuk jenis komet kecil dan paling mahal Rp 300 ribu untuk varian ikan koi kecil.