Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan Pemerintah terus berupaya mendongkrak investasi di sektor hulu migas.
Hal ini perlu dilakukan sejalan dengan kebutuhan energi yang terus meningkat dari waktu ke waktu, serta diharapkan produksinya mampu mengamankan kebutuhan energi nasional.
Saat ini Pemerintah terus mendorong eksplorasi migas oleh perusahaan atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas, demi mencapai ketahanan energi nasional.
Baca juga: Dunia Gaungkan Energi Bersih, Menteri ESDM: Migas Masih Penting Hingga 2050
Arifin Tasrif menyampaikan, saat ini pemerintah terus menawarkan blok-blok migas potensial dilengkapi dengan insentif untuk menstimulus para pelaku usaha agar mau berinvestasi di sektor migas.
Contoh insentif yang ditawarkan antara lain fasilitas pajak serta syarat dan ketentuan yang lebih menarik.
"Mulai tahun ini, pemerintah Indonesia tengah menggalakkan penambahan wilayah kerja migas baru setiap tahunnya," ungkap Arifin dalam acara Indonesia Petroleum Association Convex di Tangerang, Selasa (13/5/2024).
"Kami memberikan beberapa fasilitas perpajakan dan insentif bagi kegiatan usaha hulu untuk memberikan iklim investasi yang menarik kepada investor terkait aspek keekonomian pengembangan migas," lanjutnya.
Arifin melanjutkan, meski peningkatan eksplorasi dan produksi migas tengah digalakkan, ketersediaan energi bersih tetap menjadi salah satu fokus pemerintah.
Menurut Arifin, dunia menghadapi tren baru yang mengadaptasi penggunaan energi bersih dan energi terbarukan. Industri hulu migas juga dituntut untuk mengaplikasikan tren tersebut.
Bagi Indonesia, keberadaan gas bumi dapat menjadi solusi dalam penyediaan energi bersih demi mencapai target Net Zero Emission.
Baca juga: DPR Minta Ajang IPA Convex Beri Solusi Konkret Menurunnya Lifting dan Investasi Migas
Selain itu, untuk menjawab tantangan penggunaan energi bersih di masa depan maka para pelaku usaha hulu migas harus mengimplementasikam strategi untuk menekan emisi. Yakni melalui penerapan teknologi seperti Carbon Capture Storage.
Untuk mendukung pengembangan teknologi tersebut, pemerintah juga telah mengeluarkan dua regulasi.
Seperti diketahui, saat ini sudah ada 15 proyek Carbon Capture Storage dengan total potensi penyimpanan mencapai 500 gigaton CO2.
Arifin menekankan semua rencana dan proyek hulu migas akan bisa terwujud dengan adanya kolaborasi semua pihak.
"Sangat penting meningkatkan kolaborasi, kemitraan untuk menghadapi tantangan di industri hulu migas yakni memenuhi kebutuhan energi sekaligus menekan emisi," pungkasnya.