News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ekonom: Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Bikin Pasar Saham dan Rupiah Tertekan

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam.

Laporan Wartawan Tribunnews, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah sejauh ini telah berdampak negatif pasar modal Indonesia dan nilai tukar rupiah.

Kondisi tersebut membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot dari 7.286 sebelum libur Lebaran ke 7.164 setelah Lebaran dan per penutupan Selasa (7/5) ke 7.099.

Pasca serangan balik Iran ke Israel, rupiah juga terpuruk hingga menembus Rp 16.170 pada perdagangan perdana setelah libur panjang Lebaran.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam mengatakan, pelemahan rupiah mengikuti tren pelemahan mata uang negara-negara berkembang di tengah ketidakpastian global yang mencapai puncak tertingginya.

Saham-saham fundamental bagus pun, yang merangkak naik sejak akhir tahun 2023 dan terbang tinggi selama Februari dan Maret 2024, langsung anjlok akibat meningkatnya ketidakpastian. Begitu pula saham-saham non Bank berkapitalisasi besar.

“Faktor Timur Tengah telah membuat saham-saham berguguran, tidak hanya saham medioker tetapi juga saham-saham berkapitalisasi besar penopang index lintas sektor seperti perbankan, energi, manufaktur dan telekomunikasi,” kata Piter, ditulis Rabu (15/5/2024)

Tercatat, saham BCA sebelum libur lebaran sempat menembus angka Rp 10.325 per saham, jatuh ke harga Rp 9.475 pasca serangan Iran ke Israel (16/4), dan mencapai harga terendah Rp.9.350 pada 22 Mei. Hal yang sama terjadi pada saham bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI.

Baca juga: Kompak Melemah, Nilai Tukar Rupiah Merosot ke Level Rp16.100 per Dolar AS

Jika dilihat fundamental emiten-emiten tersebut sangat luar biasa kinerjanya selama triwulan I-2024.

Bank BCA mencatatkan keuntungan Rp 12,9 triliun selama triwulan I 2024, atau naik 11,7 persen year on year. Bank Mandiri juga mencetak laba 12,7 triliun (naik 1,13% yoy), Bank BRI mendapatkan laba Rp 15,88 triliun (naik 2,45% yoy) dan Bank BNI mendapatkan laba Rp 5,33 triliun (naik 2% yoy).

“Artinya penurunan harga saham sama sekali tidak berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan,” ucap Piter.

Baca juga: OJK Beberkan Alasan IHSG Melemah 0,53 Persen di April 2024

Sama dengan harga saham emiten non-perbankan lainnya, harga saham Telkom juga mengalami tekanan.

Harga saham Telkom atau TLKM terus tertekan. Dalam tiga bulan terakhir, harga saham Telkom terkikis 12,6%, sementara kalau dihitung sejak awal tahun atau year to date (ytd) harga saham Telkom turun 12,1%.

Kalau dilihat, kinerja keuangan atau fundamental Telkom, menurut Piter Abdullah, sangat baik.

Pada triwulan I-2024, Telkom mencatatkan pendapatan sebesar Rp 37,4 triliun atau tumbuh 3,7% year on year. Sementara EBITDA Telkom tumbuh sebesar 2,2% year on year menjadi Rp 19,4 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 6,1 triliun.

Piter melihat kinerja Telkom didukung oleh kinerja anak-anak perusahaannya. Pada kuartal 1 tahun 2024, Telkomsel masih menjadi kontributor terbesar pendapatan Telkom.

Menurut Piter, meskipun sama-sama mampu menjaga tingkat keuntungan, kinerja Telkom di industri telekomunikasi selayaknya lebih diapresiasi bila dibandingkan dengan bank BCA ataupun bank-bank himbara.

Piter berpandangan bahwa kemampuan Telkom menjaga pertumbuhan pendapatan dan juga tingkat keuntungan dikala Telkom sedang melakukan strategi transformasi di tengah gelombang disruption industri telekomunikasi patut dihargai.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini