TRIBUNNEWS.COM - Kawasan Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, dikenal memiliki potensi air yang melimpah sejak dulu kala.
Sejak tahun 90-an, melimpahnya air tanah permukaan, dimanfaatkan dengan pembuatan kolam ikan untuk pemancingan dan wisata oleh warga setempat.
Namun di tahun kekinian, pemanfaatan potensi air bergeser dari wisata pemancingan dan kuliner menjadi ke wisata rekreasi air dan permainan air.
Hal itu juga yang ditangkap oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Janti Jaya ketika dipasrahi untuk mengelola dana desa di tahun 2018.
“Kami tidak ingin menyaingi usaha warga yang sudah lebih dulu ada, jadi kami buat kolam renang rekreasi, kecil awalnya,” kata Direktur BUMDes Janti Jaya, Danang Joko Wijayanto, ketika berbincang dengan Tribunnews.com, Minggu, 21 April 2024.
Pengelolaan dana desa untuk pembangunan wisata air yang diberinama Janti Park ini terus dilakukan hingga 2020 dengan total kelolaan dana hampir 1 miliar rupiah.
“Tanggal 20 Desember 2020 itu mulai buka dengan satu ciri khas yang waktu itu di Klaten baru kami saja, yakni adanya mesin salju,” terangnya.
Dengan modal 17 juta rupiah, BUMDes Janti Jaya membeli mesin salju dari Semarang dan ini yang menjadi titik balik perjalanan Janti Park.
“Mungkin memang jalannya, waktu itu bahasa anak sekarang viral di medsos, jadi mesin salju itu yang menarik banyak sekali pengunjung ke sini,” ujar Danang.
Hal itu dibarengi strategi jitu BUMDes untuk mengoptimalkan ramainya wisatawan.
“Kami langsung bikin lini usaha yakni perdagangan, semua yang jualan di dalam Janti Park itu dibawah BUMDes, yang masak kami libatkan PKK Desa Janti, dan yang tugas karang taruna,” terangnya.
Namun Pandemi Covid-19 juga mempengaruhi berjalannya taman rekreasi Janti Park karena ada beberapa kali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Mulai September 2021, Janti Park sudah mulai bisa beroperasi sesuai dengan harapan.
“Sejak September 2021 sudah ada uang yang bisa dinikmati warga dan sebagian lain kami gunakan untuk pengembangan Janti Park,” cerita Danang.
Libatkan pemuda desa
Janti Park merangkul semua usia dalam mengembangkan unit usaha, satu di antaranya pemuda pemudi desa yang diajak untuk mengelola perdagangan.
"Kami ajak Karang Taruna untuk membantu mengelola perdagangan, harapannya ide kreatif dari anak muda bisa membuat Janti Park lebih ramai, selain itu juga untuk regenerasi," kata dia,
Menurutnya, BUMDes Janti Jaya sekarang memiliki beberapa lini bisnis, di antaranya perikanan berupa jual beli bibit dan pembesaran ikan, pariwisata berupa adanya Janti Park dan yang memberikan sumbangan pendapatan terbesar adalah perdagangan.
“Yang terbesar itu perdagangan, kami jualan di dalam Janti Park ini, setahun bisa 6 miliar, sedangkan untuk pariwisata di angka 3,9 miliar,” kata Danang.
Dengan pemasukan BUMDes yang begitu banyak, Desa Janti sudah bisa memberikan uang pembinaan ke 17 RT di wilayahnya dengan nominal yang terus bertambah setiap tahun.
“Tahun 2022 itu kami kasih 10 juta per RT, tahun 2023 kemarin 13 juta rupiah,” kata dia.
Desa Janti menaungi 17 RT dengan 920 kepala kaluarga (KK).
Selain itu, keuntungan dari pengelolaan berbagai potensi Desa Janti ini digunakan untuk pengelolaan sampah, pemberdayaan berbagai kelompok tani dan pemuda.
“Karang taruna dan linmas yang kami libatkan di Janti Park itu dapat gaji sesuai UMK Klaten lo, total 160an orang yang kerja di sini,” ujar Danang bangga.
“Intinya semua kami kembalikan ke masyarakat untuk dinikmati dan sebagian lain digunakan untuk pengembangan lagi agar Janti Park makin berkembang,” tegasnya.
Adapun Janti Park berada di Dukuh Ngendo, Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Klaten.
Destinasi wisata air itu berada di kawasan pemancingan Janti yang dikelola BUMDes Janti Jaya serta karang taruna.
Terdapat sejumlah kolam renang di tempat itu, kolam renang anak-anak dengan kedalaman bervariasi dari 30 sentimeter hingga 70 sentimeter hingga kolam untuk orang dewasa.
Menariknya, Janti Park viral karena ada wahana mandi salju yang menjadi ikon Janti Park.
Salju yang dimaksud yakni buih yang dibuat dari sabun dengan formula khusus serta disemburkan menggunakan mesin dari pinggir kolam.
Pada tepi kolam terdapat taman bunga dan kebun buah yang membikin kawasan itu semakin asri.
Selain kolam renang anak-anak, di tempat itu ada kolam renang dewasa dengan kedalaman 150 sentimeter hingga 180 sentimeter.
Di tepi kolam dewasa, ada patung naga yang terus menyemburkan air.
Ada pula kolam terapi ikan dan tempat selfie berupa rumah kincir angin Belanda.
Tak sekadar wahana, di tempat itu dilengkapi restoran.
Menu yang disajikan berupa olahan ikan seperti lele dan nila bakar.
Guna membikin pengunjung nyaman, di tempat tersebut ada puluhan gazebo yang menghadap ke kolam serta taman.
Tiket masuk ke Janti Park terhitung murah meriah, pada hari biasa atau Senin-Jumat tiket masuk yang diterapkan Rp5.000 per orang.
Saat akhir pekan atau Sabtu-Minggu dan hari libur nasional, tiket masuk yang diterapkan Rp8.000 per orang.
Kepala Desa Janti, Tri Prakoso mengatakan Janti Park jadi satu di antara upaya desa untuk memanfaatkan potensi yang ada.
"Trennya saya muda dulu adalah pemancingan dengan wisata kuliner, kalau sekarang ke wisata air dan kuliner juga, Janti Park jadi andalan kami untuk bersaing di era sekarang," terangnya.
“BUMDes kami sudah berkembang bagus, ada lini usaha wisata, pengolahan sampah, dan Loka Batari ini masuk ke pengembangan masyarakat,” kata Tri yang sudah menjabat Kades 2 periode ini.
Harapannya, kata Tri, BUMDes bisa terus berkembang dan memberi manfaat ke warga melalui berbagai lini usahanya.