News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dampak Buruk Mengintai, Industri Mamin Minta Pemerintah Mulai Intervensi Rupiah

Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Adhi S Lukman

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) berharap pemerintah mulai mengintervensi nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar.

"Mudah-mudahan kita berharap pemerintah terus mengintervensi untuk tidak lebih dari Rp16.500. Menurut perbankan secara year to date sudah 6,5 persen depresiasinya. Berangkat dari itu, pemerintah harus bertahan jangan sampai jebol lagi. Kalau ini lewat lagi sangat berat sekali," tutur Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Baca juga: Gapmmi Sebut Ekspor Industri Mamin Indonesia Tetap Tumbuh di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

Adhi menerangkan, industri makanan dan minuman (Mamin) di tengah melemahnya nilai tukar rupiah sedikit tertekan.

"Pelemahan ini memang buat Mamin cukup menjadi masalah, karena terus terang bahan baku kita masih banyak impor, itu jadi masalahnya," imbuhnya.

Saat ini ada empat komoditi bahan baku industri Mamin yang terpengaruh dengan merosotnya rupiah, diantaranya gandum, susu, garam hingga gula.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) impor ke-empat komoditi tersebut mencapai 9 miliar dolar AS setiap tahunnya.

Jika pelemahan rupiah dihitung Rp 16.000 terhadap dolar AS dan depresiasi 6,5 persen, angka yang di dapat ialah Rp 800.

"Kalau 6,5 persen dari Rp 16.000-an berarti sekitar Rp 800. Lalu Rp 800 dikali 9 miliar dolar AS itu baru yg empat komoditi utama, itu udah sekitar Rp 500 triliun konsumsinya. Tentunya ini menjadi beban industri," jelas Adhi.

Dengan beban belanja bahan baku yang bertambah, industri besar masih mampu bertahan, meski tidak langsung menaikkan harga jual. Namun berbeda dengan industri kecil.

"Bagi industri menengah dan besar memang masih punya daya tahan. Jadi, kita tidak serta merta langsung menaikkan harga jual. Kita masih ingin bertahan karena kita lihat juga daya beli masyarakat.

Baca juga: Sempat Terpukul Saat Pandemi, Menkeu Sri Mulyani Sebut Sektor Transportasi dan Mamin Mulai Pulih

Tapi bagi-bagi temen-temen industri kecil atau daya tahannya rendah kadang mereka stoknya harian atau mingguan, mau tidak mau mereka menaikkan harga," ucap Adhi.

Industri Mamin perlu dilindungi, sebab demand-nya masih cukup. Kalau kuartal 1 kita di Mamin olahan ekspor kita masih tumbuh 5 persen.

"Cuman masalahnya di ekspor ini sekarang logistik. Logistik ke negara-negara yang jauh itu naik 3-4 kali lipat, sehingga banyak buyer yang minta ditunda, minta kirimnya hold dulu, produksi hold segala macam ini karena logistik. Jadi, bertubi-tubi masalah yang ada," ucap Ketua GAPMMI.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini