Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo akan melepas 65 persen saham mereka di Jalan Tol Cibitung-Cilincing pada tahun ini.
Rencana divestasi tersebut nantinya bisa membantu mengurangi utang Pelindo sebanyak Rp 8 triliun usai BUMN satu ini melakukan merger pada 2021 lalu. Tahun ini, Pelindo memproyeksikan utang mereka bisa turun ke Rp 41,93 triliun.
Direktur Utama PT Pelindo Arif Suhartono menjelaskan alasan di balik perseroan masuk ke bisnis tol pada 2015 lalu.
Baca juga: Pelindo Akui Terdampak Secara Tidak Langsung dari Pusat Data Nasional yang Terkena Ransomware
Dia bilang, 60 hingga 70 persen kendaraan kargo yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok datang dari arah timur Jakarta.
Atas dasar itu, Pelindo akhirnya masuk ke bisnis tol guna memastikan jalan tol tersebut benar akan jadi. Perseroan pun kala itu mengucurkan investasi sebesar Rp 9 triliun.
Setelah jalan tol tersebut jadi, Pelindo merasa sudah tidak ada kepentingan lagi untuk mempertahankannya, sehingga akan dilepas sahamnya sebesar 65 persen.
"60-70 persen kargo Tanjung Priok dari sisi timur Jakarta dan kita masuk ke sana hanya untuk memastikan jalan itu jadi. Setelah jalan tol itu jadi, tidak ada niat Pelindo untuk pertahankan dan akan kita lepas dan kita harapkan selesai di 2024," kata Arif dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/7/2024).
Ia mengatakan, saham PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (CTP), Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang membangun dan mengelola Jalan Tol Cibitung-Cilincing, didivestasi tidak sepenuhnya karena Pelindo masih memiliki rencana melanjutkan proyek New Priok Eastern Acceess.
Ditemui usai rapat, Arif mengatakan sudah ada calon investor yang tertarik terhadap tol ini yang berasal dari dalam serta luar negeri.
Sayangnya, ia masih belum ingin mengungkap perusahaan mana yang telah melakukan penjajakan bersama Pelindo terkait dengan 65 persen saham yang akan dilepas ini.