TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan pelat merah PT Petrokimia Gresik membukukan pendapatakan sebesar Rp13,17 triliun atau 103 persen di atas target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2023 yang ditetapkan perseroan sebesar Rp12,97 triliun.
"Perolehan laba tersebut tentu tidak lepas dari berbagai inovasi yang menciptakan value creation atau nilai tambah sebesar Rp381,1 miliar dan mendapatkan banyak apresiasi dari stakeholder," ujar Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo dikutip Jumat, 12 Juli 2024.
Dwi menjelaskan, selama 2023 kinerja perseroan juga terbilang bagus jika dilihat dari kondisi kesehatan keuangan perusahaan. Untuk aspek kesehatan perusahaan, pihaknya memperoleh skor AAA dengan predikat Sangat Sehat.
"Beberapa indikatornya diantaranya, perolehan laba perusahaan di tahun 2023 sebesar Rp1,25 triliun," kata Dwi Satriyo di acara "Tasyakuran HUT Ke-52 Petrokimia Gresik" di Gresik, Jawa Timur, Rabu (10/7/2024).
Baca juga: Genjot Produktivitas Padi, Pupuk Indonesia Siap Penuhi Kebutuhan Petani Sulawesi Selatan
Dia menambahkan, ke depan perseroan akan terus mendorong kemajuan pertanian Indonesia dan industri kimia nasional secara berkelanjutan. Hal itu dibuktikan dari perolehan Anugerah BAPETEN 2023 dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), dan Anugerah National Lighthouse Industri 4.0 dari Kementerian Perindustrian (Kememperin) RI.
Inovasi yang dijalankan perseroan yang menyentuh di bidang lingkungan meraih apresiasi dari Kemenperin sebagai Terbaik Pertama untuk kategori Environmental, Social, and Governance (ESG).
Perusahaan juga mendapatkan penghargaan tertinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yaitu Proper Emas selama tiga tahun berturut-turut, beserta ratusan penghargaan lainnya.
"Penghargaan dari Kemenperin dan KLHK tersebut menjadi bukti bahwa komitmen Petrokimia Gresik di bidang lingkungan diimplementasikan dengan baik. Selain itu menjadi bentuk dukungan Petrokimia Gresik terhadap Pemerintah dalam program dekarbonisasi," kata Dwi Satriyo.
Untuk program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), dia mengatakan, sampai dengan bulan Juni 2024, realisasi penyaluran dana TJSL Petrokimia Gresik sebesar Rp19,83 miliar. "Dana tersebut direalisasikan untuk program beasiswa, bantuan sembako, santunan dan bantuan hewan kurban, serta berbagai kegiatan sosial lainnya," sebutnya.
Sementara itu, memasuki usia ke-52 tahun, perseroan memperkenalkan visi baru untuk bertekad menjadi “Pemain dominan pada skala global dalam bidang solusi agro dan bahan kimia industri yang terintegrasi.”
"Visi ini mencerminkan komitmen kita untuk memberikan kontribusi terbaik di industri pupuk dan bahan kimia, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di level dunia. Visi ini akan menjadi pedoman bagi pengembangan perusahaan," ungkap Dwi Satriyo.
Visi tersebut akan dieksekusi melalui beberapa misi diantaranya, mendukung penyediaan pupuk nasional guna mencapai ketahanan pangan, membangun budaya inovasi dan teknologi unggul melalui pengembangan sumber daya manusia yang lincah dan tangguh.
Terakhir, perseroan akan terus meningkatkan kontribusinya terhadap kemajuan industri kimia nasional serta berperan aktif dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Perseroan menjalankan beberapa rencana strategis, yaitu meresmikan gudang curah Urea dengan kapasitas 20.000 ton. "Pembangunan gudang ini merupakan langkah strategis dan progresif dalam upaya Petrokimia Gresik meningkatkan kapasitas penyimpanan produk dan efisiensi biaya operasional," bebernya.
Perusahaan juga menyiapkan Pabrik Phonska V. Sebagai pemegang paten proses NPK, Petrokimia Gresik berhasil mencatat penghematan lebih dari Rp50 miliar atas proyek pengembangan Phonska V yang menggunakan skema swakelola dari total nilai proyek Rp507 miliar.
Perusahaan juga mempersiapkan pabrik soda ash yang menjadi pabrik pertama dan satu-satunya di Indonesia untuk memproduksi sumber bahan baku berbagai produk yang banyak kita temui sehari-hari, seperti sabun, deterjen, kertas, tekstil, keramik, gelas, kaca beserta turunannya dan lain sebagainya.
"Kebutuhan soda ash di Indonesia cukup tinggi, namun suplainya sekarang 100 persen masih dipenuhi dari impor," ungkap Dwi Satriyo.