News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Upaya AQUA Kendalikan Perubahan Iklim: Pakai Listrik PLTS Hingga Blue Operation

Penulis: Abdi Ryanda Shakti
Editor: Dodi Esvandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia Ratih Anggraini memberikan penjelasan soal alur pengambilan hingga pengembalian air ke tanah dari wilayah hulu, tengah hingga hilir saat kegiatan media trip di Desa Gumuk, Boyolali, Jawa Tengah Rabu (23/7/2024).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdi Ryanda Shakti

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Tirta Investama (Danone AQUA Group) menerapkan sejumlah inisiatif untuk mendukung pengendalian perubahan iklim.

Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia Ratih Anggraini menyebut pihaknya melakukan berbagai cara agar bisa mengurangi CO2.

"Dalam konteks perubahan iklim itu pendekatannya akan ada dua. Pertama kita harus memastikan bahwa operasional kita sendiri itu bisa mengurangi CO2 yang dihasilkan," kata Ratih dalam kegiatan media trip di Pabrik AQUA Klaten, Jawa Tengah, Rabu (23/7/2024).

"Artinya kita tidak mungkin cuma tanam pohon, tapi tidak berupaya mengurangi CO2 dari kegiatan operasional," sambungnya.

Ratih mengatakan pihaknya sudah mulai mengurangi energi fosil dan lebih memanfaatkan energi terbarukan di semua pabriknya termasuk di pabrik AQUA Klaten, Jawa Tengah.

Salah satu upayanya adalah yakni pabrik yang menggunakan listrik dari sumber energi matahari atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sejak 2017 lalu.

Baca juga: PLTS Atap dan Digitalisasi Diperkenalkan di APKASI Otonomi Expo dan Procurement Network 2024

PLTS ini berkapasitas 2912 kWp dan menghasilkan listrik sebesar 4 GWh per tahun serta mampu mengurangi emisi karbon sebesar 3340 ton CO2 per tahun.

Selain itu, pada Sabtu dan Minggu, AQUA menerapkan kebijakan untuk menyuplai sebagian tenaga listrik dari PLTS ke jaringan listrik umum (PLN) tanpa biaya tambahan karena sebagian besar energi tersebut tidak digunakan selama akhir pekan.

Selain itu, kemasan yang digunakan juga lebih ramah lingkungan dengan menggunakan 100 persen botol plastik daur ulang sehingga menimbulkan jejak karbon yang lebih rendah.

Botol-botol tersebut didapat dari botol plastik bekas yang nantinya diolah kembali untuk menjadi kemasan AQUA yang baru.

"Sehingga dengan kemasan plastik daur ulang yang kita gunakan itu juga sangat signifikan menurunkan CO2 yang kita hasilkan. berikutnya dalam konteks bagaimana kita memastikan misalnya produk pascakonsumsi itu dia terkelola, karena itu bagian dari salah satu kontributor juga," ucapnya.

Selain itu, AQUA telah menetapkan ambisi untuk menahan kenaikan temperatur bumi hingga 1,5 derajat Celsius pada tahun 2030.

Target ini diikuti dengan peta jalan dan sasaran tahunan yang telah ditetapkan.

Baca juga: Pertamina NRE Siap Kembangkan Proyek PLTS Berkapasitas 500 MW di Bangladesh

Selanjutnya, dalam kajian yang dilakukan pihak AQUA, praktik pertanian dengan cara melakukan pengairan di sawah terus menerus juga dapat menyebabkan kondisi anerob yang bisa meningkatkan CO2.

Sehingga, kata Ratih, AQUA mendorong praktik pertanian regeneratif dengan pengairan berselang untuk mengurangi emisi tersebut.

"Lalu yang kedua pada waktu penanaman pohon, itu juga bagian dari upaya mengisolasi senyawa lebih banyak karbon ke dalam tanah. jadi memang dia tidak lagi ada di atmosfer," tuturnya.

Sementara itu, Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten, Rama Zakaria, menekankan bahwa semua pabrik AQUA di Indonesia menerapkan "blue operation" dengan prinsip bahwa blue is a new green.

"Kita meyakini kenapa blue operation itu dengan circularity, AQUA salah satu pelopor peningkatan peningkatan circularity. Yang pertama water circularity kemasan, packaging dan energi," ungkap Rama.

Tak hanya untuk eksternal, Rama mengatakan di pihak internal AQUA sendiri juga menerapkan aksi-aksi biru yang salah satunya untuk mengendalikan kenaikan suhu bumi.

"Di pabrik kita punya program salah satunya one man one hole, satu orang harus punya satu lubang biopori. Lalu aksi biru di luar yang kita lakukan salah satunya adalah kegiatan-kegiatan dalam bentuk sosial lingkungan, ini dari hulu, tengah, sampai hilir," jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini