Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor Industri Pakaian Jadi mengalami kontraksi 3 persen terhadap PDB Industri Pengolahan Non-Migas di Triwulan I Tahun 2024, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sektor yang bisa digenjot untuk mendongkrak sektor tersebut adalah industri alat olahraga maupun industri pendukungnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menilai ada tiga subsektor industri yang perlu menjadi perhatian bersama, dimana subsektor yang pertama adalah Industri Pakaian Olahraga.
Baca juga: Pengamat Anggap Rencana Penerapan BMAD Tak Efektif Lindungi Industri Dalam Negeri
"Semakin banyak brand-brand lokal memproduksi pakaian olahraga dengan banyak sekali fitur unggulan. Pakaian olahraga yang elastis, ringan, nyaman, breathable, mudah menyerap keringat, cepat kering dengan warna, serta model yang bervariasi menjadi kunci utama untuk bersaing dengan brand-brand internasional, yang sayangnya saat ini masih mendominasi pasar Indonesia. Padahal secara harga, tentunya harga pakaian olahraga brand-brand jauh lebih terjangkau daripada brand-brand internasional tersebut," tutur Menperin dalam pembukaan Pameran Indonesia Sport and Active Wear (ISAW) 2024, Jakarta, Rabu (31/7/2024).
Menperin ingin ada kolaborasi yang lebih intensif antara Pemerintah dengan industri maupun influencer untuk mempromosikan brand-brand lokal di dalam negeri maupun di tingkat internasional.
"Kita harus memanfaatkan momentum gaya hidup sehat di Indonesia yang saat ini sedang sangat diminati. Saya berharap ada langkah-langkah yang cepat dan jitu untuk mengakselerasi pertumbuhan sektor industri pakaian olahraga ini, khususnya untuk membangkitkan kembali Sektor Industri Pakaian Jadi yang dalam dua tahun terakhir ini mengalami tantangan besar baik di pasar ekspor maupun pasar domestik," ucapnya.
Subsektor yang kedua, Industri Sepatu Olahraga. Dengan tren gaya hidup sehat yang semakin meningkat, permintaan sepatu olahraga juga tumbuh pesat.
Saat ini, sepatu olahraga menjadi komoditi industri pengolahan non migas yang berkontribusi besar dalam ekspor nasional, dimana nilai ekspornya pada bulan Januari-Mei 2024 mencapai 1,86 miliar dolar AS, meningkat 1,04 persen dari periode yang sama tahun 2023.
Ini menempatkan sepatu olahraga sebagai 9 komoditi ekspor terbesar industri pengolahan non migas.
"Namun saya berharap, semakin banyak masyarakat yang dapat mengenal dan menggunakan sepatu olahraga buatan dalam negeri," ungkap Agus Gumiwang.
Subsektor yang ketiga, Industri Alat Olahraga, yang memiliki banyak peluang untuk dikembangkan potensinya.
"Saat ini kita sudah sangat mampu memproduksi maupun mengekspor alat-alat olahraga seperti shuttlecock, bola sepak, bola voli, meja tenis maupun alat olahraga lainya yang dipakai pada kegiatan olahraga kompetisi lokal, seperti PON, IBL, Pro Liga maupun internasional FIFA World Cup," kata Menperin.
Berdasarkan data Direktori Industri Besar Sedang BPS pada tahun 2023, terdapat 65 unit usaha Industri Besar Sedang yang menyerap tenaga kerja lebih dari 12.000 orang.
Selain itu, kinerja ekspor Industri Alat Olahraga pada periode Januari-Mei 2024 mencapai 107,4 juta dolar AS yang mana mengalami kontraksi sebesar 4,4 persen dibandingkan tahun 2023 pada periode yang sama.
"Perlu kejelian dan strategi yang tepat untuk memenangkan kompetisi alat-alat olahraga terutama di pasar-pasar luar negeri," sebut Agus.
Sebagai langkah meningkatkan kinerja industri ini, Kementerian Perindustrian menggelar Pameran Indonesia Sport and Active Wear (ISAW) 2024.
"Saya berharap kedepan jenama pakaian, sepatu dan alat olahraga lokal dapat menjadi top of mind dalam benak konsumen, ketika memilih dan membeli produk olahraga," imbuh Menperin.