Distribusi air bersih di mobil tangki itu kemudian juga jadi bisnis baru bagi warga Sepaku.
Mereka berkeliling mengirim ke pembeli rumahan maupun ke perusahaan dengan harga lebih tinggi.
Jika dihitung termasuk penjualan eceran di tingkat pengedar air bersih, nilai putaran uang di bisnis air bersih di kawasan IKN ini bisa berlipat-lipat miliaran rupiah.
Sulitnya Mendapat Air Bersih
Selain memenuhi kebutuhan proyek IKN berikut ribuan pekerja konstruksi di dalamnya, air bersih ini juga dibeli warga masyarakat biasa di Sepaku.
Air bersih sudah jadi masalah sejak sebelum proyek IKN dimulai.
Masyarakat sangat tergantung sumber air sungai yang melimpah di musim hujan, tapi mengering di saat kemarau.
Sumber air sumur sangat terbatas, karena umumnya air mengandung zat besi yang cukup parah.
Andoko, warga Desa Bumi Harapan di Sepaku mengatakan, sejak proyek IKN dimulai, sumber air cepat mengering karena memenuhi kebutuhan yang meningkat berkali lipat.
Sebelum ada IKN, warga relatif tidak punya masalah dengan ketersediaan air bersih.
Jaringan PDAM belum ada di wilayah Sepaku. Jika terjadi krisis, warga akhirnya membeli.
"Ya, karena belum masuk sampai sini jaringan PDAM, jadi air kita beli di luar," ujar Riko, warga Bumi Harapan di Kecamatan Sepaku.
Di tingkat konsumen atau warga, air bersih dari luar dibeli seharga Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per tandon dengan kapasitas 1.200 liter.
Bisa dihitung berapa selisih harga dari depo hingga ke tingkat konsumen.
Selain membeli air dari luar, sebagian warga juga memiliki sumur sendiri yang digali di samping rumah.