Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan tantangan utama pengembangan biodiesel B50 dan B100 yang menjadi ambisi pemerintahan Prabowo Subianto.
Diketahui, Pemerintahan periode 2024-2029 akan mendorong pengembangan program campuran antara bahan bakar minyak solar dengan bahan bakar nabati dari kelapa sawit.
Indonesia saat ini tengah mendorong pengembangan campuran antara minyak solar 50 persen, dengan bahan bakar nabati sebesar 50 persen, alias B50. Kedepannya program ini akan dikembangkan lagi menjadi B100.
Ketua Umum Gapki, Eddy Martono mengungkapkan bahwa tantangan utama dari proyek tersebut yakni terkait ketersediaan Crude Palm Oil (CPO) di dalam negeri.
Untuk itu, diperlukan upaya nyata terkait menggenjot produksi CPO, yakni dengan replanting atau peremajaan sawit rakyat (PSR).
"Jadi sebenernya saya sampaikan yang utama adalah meningkatkan produktivitas utamanya dengan PSR," ungkap Eddy dalam acara Indonesia Palm Oil Strategic Studies di Jakarta, Kamis (5/9/2024).
"Kalau kita kejar target 5 ton per hektare per tahun dengan luasan 16,63 juta hektar, maka kita sudah mendapatkan produksi 81,5 juta ton," sambungnya.
Berdasarkan data Gapki, produksi CPO tahun 2023 diperkirakan mencapai 50,07 juta ton atau naik sebesar 7,15 persen dari tahun 2022 yakni sebesar 46,73 juta ton.
Sementara itu, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) juga menegaskan turut memberikan dukungannya peningkatan implementasi program biodiesel di tahun-tahun mendatang.
Baca juga: Mentan: Biodiesel B50 Bisa Jadi Senjata Indonesia di Percaturan Energi Dunia
Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman mengungkapkan, pihaknya mengaku telah mendapatkan arahan perihal implementasi B40 untuk tahun depan.
Uji coba penggunaan B40 terhadap sejumlah kendaraan, baik otomotif maupun non-otomotif telah berhasil dilakukan.
Baca juga: Faisal Basri Kritisi Perbedaan Harga CPO Untuk Biodiesel dan Minyak Goreng
"Soal B40 ini pemerintah sudah menetapkan akan diberlakukan pada Januari tahun 2025. Dan untuk itu uji sudah dilakukan, baik terhadap otomotif, non otomotif," ucap Eddy
"Terakhir dilakukan (berhasil) sehingga semua sudah menerima bahwa B40 bisa diberlakukan di otomotif maupun non otomotif," pungkasnya.