”Kilang Pertamina di Balongan menurut informasi sudah siap memproduksi 900 ribu barel per bulan untuk produk diesel rendah sulfur," jelas Ferdy.
"Pertamina siap untuk menyalurkan produk BBM rendah sulfur baru ini, karena produk BBM low sulfur, selama ini memang sudah diproduksi di kilang Pertamina,” lanjutnya.
Ferdy mencontohkan, BBM low sulfur yang selama ini diproduksi Pertamina, seperti Pertamax Turbo dan Pertamina Dex.
Kedua jenis BBM tersebut, imbuhnya, mengandung BBM low sulfur dengan 50 ppm.
Pertamina Dex, misalnya, merupakan bahan bakar diesel dengan angka setana (CN) tertinggi yang dijual Pertamina, yaitu CN 53 dengan sulfur 50 ppm.
Ferdy menyebut, BBM jenis ini bisa menjaga mesin dan meningkatkan power mesin dengan maksimal.
”BBM jenis ini juga bisa menjaga lingkungan dengan emisi gas buang rendah dan sudah setara dengan standar Euro 4," urai Ferdy.
"Sementara, produk BBM Dexlite adalah varian bahan bakar diesel yang memiliki CN minimal 51 dan mengandung sulfur maksimal 1.200 ppm. BBM jenis ini juga aman untuk lingkungan hidup," sambungnya.
Di sisi lain, terkait kebijakan Pemerintah tersebut Ferdy menilai positif.
Menurutnya, kebijakan Pemerintah menerapkan BBM low sulfur merupakan langkah berani dan sangat bijak.
”Langkah Pemerintah ini perlu disambut baik dan diapresiasi publik di tanah air untuk menjaga ekosistem lingkungan hidup yang nyaman untuk kehidupan bermasyarakat,” kata dia.
Begitupun Ferdy mengingatkan, bahwa harga BBM low sulfur memang lebih tinggi dibandingkan BBM yang punya kandungan sulfur lebih banyak.
Hal demikian, lanjutnya, tentu harus menjadi pertimbangan penting.
Sebab, jika didistribusikan ke seluruh Indonesia, tentu berdampak terhadap harga BBM yang lebih mahal.