TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pembangunan berkelanjutan dengan memanfaatkan bahan bangunan rendah emisi.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Socia Prihawantoro mengatakan, dampak negatif dari perubahan iklim, seperti peningkatan suhu bumi dan naiknya permukaan air laut, mungkin tidak langsung terasa oleh masyarakat.
"Tapi seiring waktu, efek ini akan semakin dirasakan dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan makhluk hidup," ujar Socia dikutip Selasa (10/9/2024).
Baca juga: BRIN-Baznas Buka Beasiswa Riset 2024, Ada 150 Kuota, Ini Syarat dan Dokumen yang Disiapkan
Socia melihat langkah Semen Indonesia (SMGR) dalam mengembangkan semen hijau dapat mengurangi emisi CO2, sehingga dapat melindungi bumi dari kerusakan yang lebih parah.
"Meskipun masyarakat mungkin belum sepenuhnya menyadari pentingnya penggunaan semen hijau, namun dampaknya terhadap lingkungan dinilai sangat signifikan," ujar Socia.
Direktur Operasi Semen Indonesia, Reni Wulandari mengatakan, perusahaan menyadari peran industri semen sangat vital dalam pembangunan infrastruktur, namun juga menyumbang emisi karbon yang cukup signifikan.
Oleh karena itu, SIG berkomitmen mengurangi dampak lingkungan dari operasionalnya dengan membuat semen hijau, yang dirancang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan dengan semen konvensional (OPC).
“Semen hijau yang dikembangkan dirancang untuk menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan dengan semen konvensional, sehingga tercatat 21 persen - 38% lebih rendah karbon. Ini pun digunakan untuk pembangunan mega proyek Ibu Kota Nusantara yang mengusung konsep berkelanjutan,” kata Reni.