TRIBUNNEWS.COM - Industri otomotif Eropa kini sedang lesu darah. Sepertiga dari industri otomotif besar di kawasan ini hanya mengutiliasi setengah dari total kapasitas produksi kendaraannya.
Alhasil, para pekerja di sektor ini resah menghadapi potensi PHK massal.
Lesunya industri otomotif Eropa terjadi karena mereka menghadapi dilema berat, harus berjuang mengikuti transisi dari kendaraan bermesin konvensional ke kendaraan listrik (EV).
Sementara, permintaan pasar terhadap mobil baru cenderung melambat serta ditambah lagi meningkatnya persaingan di pasar.
Menurut analisis data dari Just Auto, seperti dikutip Bloomberg, hampir sepertiga pabrik mobil penumpang utama dari lima pabrikan terbesar seperti BMW, Mercedes-Benz, Stellantis, Renault dan VW kurang dimanfaatkan sepanjang tahun 2023 lalu.
Raksasa otomotif tersebut hanya memproduksi kurang dari setengah kapasitas produksi kendaraan mereka, menurut angka tersebut.
Penjualan tahunan di Eropa dilaporkan sekitar 3 juta mobil di bawah tingkat sebelum pandemi, menyebabkan pabrik-pabrik tidak terisi dan membahayakan ribuan pekerjaan.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa penutupan situs-situs tersebut akan menambah kekhawatiran bahwa kawasan ini sedang menghadapi penurunan yang berkepanjangan setelah tertinggal dari pesaing utamanya, Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Semakin banyak pembuat mobil yang berjuang untuk mendapatkan bagian yang lebih kecil,” kata Matthias Schmidt, seorang analis otomotif independen yang berbasis di dekat Hamburg, kepada Bloomberg.
“Beberapa pabrik produksi pasti harus ditutup,” dia memperingatkan.
Baca juga: Penjualan Mobil di Thailand Ambles, Januari-Juli Cuma Terjual 354 Ribuan Unit
VW mengumumkan pekan lalu bahwa mereka mempertimbangkan penutupan pabrik di Jerman untuk pertama kalinya dalam hampir sembilan dekade sejarahnya.
Produsen mobil tersebut mengatakan mereka sedang berjuang dengan transisi dari bahan bakar fosil.
BMW telah memperingatkan bahwa lemahnya permintaan di Tiongkok menimbulkan ancaman lebih lanjut terhadap penjualan dan keuntungan.
Ancaman penutupan pabrik di Eropa semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir di tengah meroketnya harga energi dan kekurangan pekerja yang menyebabkan kenaikan biaya tenaga kerja.
Baca juga: Pemerintah Susun Aturan Penghentian Penjualan Mobil Konvensional dan Insentif Diskon Harga EV