Angka ini sudah melebihi target yang ditetapkan, yaitu Rp 133,7 miliar.
"Terhadap target sudah tercapai 116,9 persen, namun kami belum puas, karena masih banyak QRIS yang belum produktif, ini yang perlu kita monitor supaya alat QRIS bisa menjadi alat transaksi cashless di merchant-merchant," ungkap Adi.
Edukasi Pedagang dan Galakkan Penggunaan BriMo
Lebih lanjut, Adi mengatakan ada dua sisi upaya yang dilakukan BRI untuk meningkatkan digitalisasi transaksi pembayaran melalui QRIS.
Yaitu edukasi terhadap pemilik usaha dan pembeli.
"Para pedagang dan pemilik merchant kita pasang QRIS kami edukasi, di sisi lain pembelinya kami akuisisi lewat aplikasi BRI Mobile atau BriMo untuk pembayaran QRIS," ungkap Adi.
"Dari dua sisi itu, Insya Allah tujuan cashless payment di Solo Raya bisa bagus lagi, endingnya nanti kasa atau dana BRI akan naik dengan sendirinya karena dana akan masuk ke rekening secara realtime, pedagang tidak perlu risau karena uangnya masuk saat itu juga, akan memudahkan," ujar Adi.
Adi juga menilai banyak manfaat yang didapatkan melalui pembayaran nontunai.
"Cashless payment bisa mengurangi risiko uang palsu dan tidak repot cari uang kembalian, jangankan Rp 1.000, QRIS bisa buat bayar Rp 1, nominal terkecil bisa dilayani," ungkapnya.
Digitalisasi Pembayaran Sentuh Akar Rumput
Sementara itu di kalangan masyarakat Kota Solo, digitalisasi pembayaran melalui mesin EDC dan QRIS telah menembus akar rumput.
Seperti yang disuguhkan salah satu angkringan di sudut Kota Solo bernama ‘Wedangan Mas John’.
Pemilik usaha, Jeje, mengatakan belum ada sebulan ini angkringan miliknya melayani pembayaran melalui QRIS.
Angkringan yang berlokasi tidak jauh dari Pasar Nongko Solo itu menjajakan nasi bungkus, aneka lauk pauk, dan minuman seperti es teh, es jeruk, hingga wedang jahe.
“Kemarin dari BRI menawarkan QRIS, saya terima karena banyak manfaatnya,” ungkap Jeje saat dijumpai, Sabtu (21/9/2024).
Menurutnya, pembayaran via QRIS lebih praktis karena ia tidak perlu menyiapkan uang kembalian.