News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Iran Vs Israel

Minyak Dunia Mendidih, Harganya Naik Tajam Usai Iran Bombardir Israel Pakai Rudal Balistik

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rudal yang ditembakkan oleh Iran terlihat di atas Yerusalem al-Quds yang diduduki di Tepi Barat pada tanggal 1 Oktober 2024. Harga minyak dunia di perdagangan pasar global melonjak setelah Iran menembakkan ratusan rudal balistik ke situs-situs penting Israel, meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak mentah dunia.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON –  Harga minyak dunia di perdagangan pasar global melonjak setelah Iran menembakkan ratusan rudal balistik ke situs-situs penting Israel, meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak mentah dunia.

Mengutip dari The Guardian,  harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2024 naik 1,66 dolar AS atau sekitar 2,4 persen, menjadi 69,83 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Mengekor kenaikan pekan sebelumnya, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember 2024 dilaporkan meningkat 1,86 dolar AS atau sekitar 2,6 persen menjadi 73,56 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, Rabu (2/9/2024).

Baca juga: Kematian Pimpinan Hizbullah Bikin Harga Minyak Dunia Meroket, WTI di Level 72,14 Dolar AS per Barel

Pasar minyak global mengalami lonjakan tajam, sesaat setelah militer Israel mengatakan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menembakkan lebih dari 100 rudal balistik ke negara itu pada Selasa malam.

Rincian operasi militer Iran ini masih belum pasti. Namun disebutkan bahwa serangan rudal-rudal Iran ditembakkan ke wilayah Tel Aviv untuk menyasar obyek vital dan militer Israel.

Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) berdalih serangan itu adalah balasan atas serangan Israel yang menewaskan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah minggu lalu dan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pada akhir Juli.

“Untuk membalas kematian Ismail Haniyeh, Hassan Nasrallah, dan panglima IRGC Abbas Nilforoushan, kami menargetkan pusat wilayah yang diduduki itu,” kata IRGC dalam pernyataannya.

Konflik ini yang kemudian membuat para investor dilanda kekhawatiran apabila eskalasi perang regional akan mengganggu pasokan minyak mentah di Timur Tengah. 

Mengingat Iran merupakan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi minyak utama di kawasan tersebut. Menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA), selama setahun terakhir Iran memproduksi sekitar 4,0 juta barel minyak mentah per hari.

Tak hanya itu Iran dinobatkan sebagai produsen minyak mentah terbesar ke-3 di dunia dengan total Produksi minyak Iran sebesar 3,7 juta barel per hari pada Agustus,  naik ke level tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Keberadaan Iran menjadi penting lantaran Teheran memiliki pengaruh signifikan atas Selat Hormuz, titik kemacetan utama untuk pengiriman kapal tanker minyak dan gas yang menangani sebanyak 20 juta barel per hari, hampir 30 persen dari perdagangan minyak dunia .

Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis, WTI Diobral 69,55 Dolar AS Per Barel Imbas Keputusan OPEC+

Keterlibatan Iran dalam konflik Timur Tengah dikhawatirkan dapat meningkatkan prospek gangguan pasokan minyak. Alasan ini yang mendorong investor melakukan wait and see hingga harga minyak dunia meroket tajam di awal perdagangan hari ini.

"Keterlibatan langsung Iran, sebagai anggota OPEC, meningkatkan kemungkinan gangguan pasokan minyak," ujar ANZ Research dalam catatannya, merujuk pada konflik tersebut.

Analis di konsultan Capital Economics memprediksi harga minyak dunia bisa melonjak mendekati 100 dolar AS per barel apabila eskalasi perang antara Iran dan Israel terus berlanjut. Menjadi ancaman paling signifikan terhadap pasokan minyak sejak invasi Rusia ke Ukraina, yang mengguncang pasar global.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini