Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Perbankan investasi kondang, Goldman Sachs Group Inc mengumumkan pemangkasan peluang terjadinya resesi pada ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi 15 persen di tahun depan dari sebelumnya 25 persen.
"Kami telah memangkas probabilitas resesi AS selama 12 bulan kembali ke rata-rata jangka panjang tanpa syarat sebesar 15 persen," tulis kepala ekonom Goldman, Jan Hatzius, sebagaimana dikutip dari Bloomberg.
Hal ini diungkap Hatzius setelah data tenaga kerja AS menunjukan kinerja positif, melesat jauh lebih baik dari perkiraan pasar.
Menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja selama September 2024 gaji non-pertanian (Nonfarm payrolls) naik sebanyak 254.000.
Baca juga: Perekonomian AS Hadapi Turbulensi Pasca Ancaman Resesi Mereda, Analis Minta Pasar Waspada
Melesat lebih tinggi dari dua bulan sebelumnya dimana Pertumbuhan Lapangan Kerja hanya dipatok 72.000.
Adapun lonjakan pertumbuhan lapangan kerja terjadi pada industri restoran dan bar yang bertambah jadi 69.000 pekerjaan, kemudian rekrutmen di perusahaan layanan kesehatan melonjak 45.000, dan lembaga pemerintah naik 31.000.
Disusul rekrutmen pemberi kerja bantuan sosial naik 27.000, perusahaan konstruksi 25.000. Sementara untuk kategori yang mencakup layanan profesional dan bisnis bertambah 17.000 setelah kehilangan pekerjaan selama tiga bulan berturut-turut.
Lonjakan lapangan kerja terjadi bersamaan dengan turunnya tingkat pengangguran dari 4,2 persen pada Agustus menjadi 4,1 persen pada September. Angka ini menunjukkan bahwa lapangan kerja pada September berjalan di laju trend yang sehat.
Pulihnya laju tenaga kerja lantas mendorong Goldman meningkatkan peluang penurunan dari 25 persen menjadi 15 persen. Mereka meyakini bahwa pulihnya pertumbuhan tenaga kerja dapat melonggarkan kebijakan The Fed lewat pemangkasan suku bunga lanjutan.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, yang menegaskan bahwa menjaga stabilitas pasar tenaga kerja adalah salah satu alasan utama dibalik siklus pelonggaran suku bunga yang lebih agresif pada September.
Meski masih dalam tahap rencana, namun apabila nantinya pemangkasan suku bunga benar-benar direalisasikan, pemangkasan suku bunga diperkirakan akan berpengaruh secara positif terhadap ekonomi dan pasar modal.
"Kami sekarang melihat risiko yang jauh lebih kecil terhadap penurunan suku bunga sebesar 50 bps," kata Hatzius.
"Secara lebih luas, kami tidak melihat alasan yang jelas mengapa pertumbuhan lapangan kerja menjadi biasa-biasa saja pada saat lowongan pekerjaan tinggi dan PDB (produk domestik bruto) tumbuh dengan kuat," imbuhnya.
Meskipun angka pekerjaan bersifat fluktuatif, namun ipasar diminta untuk berhati-hati karena Oktober kemungkinan akan menjadi bulan yang sangat rumit, dengan badai dan pemogokan besar yang mengancam menekan jumlah gaji.