Ketiga, pembiayaan ke Pemerintah Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, sebagai pinjaman daerah yang bersifat reguler senilai Rp 231,9 miliar untuk membiaya konstruksi fisik RS.
"Pembiayaan fisik RS ini sepenuhnya dibiayai PT SMI dengan tenor pengembalian 8 tahun," ungkap Erdian.
Biaya Pembangunan Pasar Tradisional
PT SMI juga membiayai pembangunan infrastruktur perekonomian di daerah seperti pasar tradisional modern.
Antara lain, Pasar Jelojok di Lombok Tengah, Pasar Bauntung di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, serta Pasar Legi di Parakan, Temanggung, Jawa Tengah.
Selain itu, PT SMI juga biaya proyek pembangunan jalan yang jadi kewenangan daerah.
Antara lain untuk pembangunan flyover Jalan Morowali Utara senilai Rp 135 miliar, Jalan Penajam Paser Utara Rp 348,2 miliar, dan pembangunan Jembatan Repapeip Rp 14,4 miliar.
Total pinjaman daerah PT SMI per Agustus 2024 Rp 38,98 triliun dengan total outstanding pinjaman Rp 23,91 triliun. Total diserap oleh 94 pemda dengan total 116 proyek/fasilitas.
Utamakan Aspek Kebermanfaatan
Menurut Erdian, aspek kebermanfaatan menjadi pertimbangan utama PT SMI dalam memberikan pinjaman ke daerah.
Meskipun daerah memiliki APBD bagus dan mendapat predikat wajar tanpa penecualian oleh BPK, tapi jika urgensinya tidak ada, buat apa daerah pinjam?
Dia menekankan, ada tiga parameter yang dipakai SMI untuk mencairkan pinjaman ke pemerintah daerah, yaitu, eligible, rating dan kapasitas meminjam.
Erdian menyebutkan, pembiayaan sektor publik pasca transformasi SMI diarahkan pada pemerintah daerah, BUMN (khususnya PDAM), Badan Layanan Umum/BLUD khususnya rumah pinjaman daerah berbasis kegiatan, pinjaman daerah berbasis hasil, pinjaman daerah berbasis syariah, sustainability linked-loan ke PDAM dan pinjaman ke BLU.